Beberapa minggu kemudian. . . .
Malam ini
merupakan malam purnama. Dan pada malam ini juga ada tiga peristiwa yang
terjadi secara bersamaan hanya berbeda waktunya saja. Peristiwa itu terjadi
pada Shafaq, Poosharm, dan juga Mellissa si penculik bayi bernama Raizaa.
Dimulai dari Shafaq. . . .
Shafaq sedang
menimang Putri kecilnya dibalkon depan rumahnya sambil melihat bulan purnama
diatas langit. Ia merasa bersyukur karna bisa melihat bulan purnama bersama
Putri kecilnya. “Putri kecilku, Ibu sangat mengagumi bulan purnama! Karna bagi
Ibu, bulan purnama adalah bulan tercantik yang pernah Ibu lihat!’’, ia berkata
sambil melihat bulan purnama diatas langit lalu melihat kewajah Putri kecilnya
juga menciumnya.
Dilanjuti dengan Poosharm. . . .
Poosharm sedang
menikmati indahnya bulan purnama dijendela didalam kamarnya sambil menimang
Putranya. Ia merasa kagum ketika mengamati semakin dalam bentuk dan juga
terangnya bulan purnama tersebut diatas langit. Kemudian ia pun berbisik kecil
dengan melihat ke Putranya, “Kalau kau seorang Putri, kau akan tampak cantik bercahaya
seperti bulan purnama itu Putraku!’’. Kata sanjungannya sambil memanjakannya
dengan senyum kebahagiaan sambil mangingat Putranya Raizaa.
Diakhiri dengan Mellissa. . . .
Mellissa telah merahasiakan
kepulangannya dari luar negeri bersama bayi Raizaa dari Vin dan Poosharm. karna
ia ingin melampiaskan sakit hatinya pada Vin dimasa lalunya dengan
memisahkannya dari bayi Raizaa. Mellissa sudah paham betul tentang bayi Raizaa,
karna sebelum menculiknya ia lebih dulu menyuruh mata-mata untuk mencari tau
tentang Vin dan bayi Raizaa saja. Dan kini Mellissa sedang menimang bayi Raizaa
dikamarnya dengan duduk dikursi goyang.
“Raizaa, aku
adalah Ibumu! Dan Ayahmu sedang bekerja diluar sana! Aku akan membuat akta
kealhiranmu yang baru dan akan sangat berbeda dengan yang sebenarnya! Kekasihku
telah direbut oleh Ibumu! Dan kamu, harus tetap hidup bersamaku!’’. Mellissa
mengatakannya dengan melihat jahat kepada bayi Raizaa, dimana bayi Raizaa juga
menatapnya begitu polos. Lalu mendekapnya sambil meresapinya sambil mengingat
diwaktu Vin mendekap dirinya penuh cinta dulu.
BHARATAYUDHAseridua
Disaat Putri
kecilnya sudah berumur dua tahun, ada sebuah kejadian yang menggetarkan Shafaq.
Yaitu dengan tidak sengaja ia menemukan Raj mengalami kesakitan saat sedang
asyiknya bermain bersama Putri kecilnya dihalaman depan rumahnya. Dan Shafaq
pun berlari cepat dengan langsung membawa Raj kedalam rumah untuk menjauhkannya
dari Putri kecilnya. “Kekuatan merah telah berfungsi!’’, katanya dihatinya
sesaat sudah menenangkan Raj dari kesakitakannya diruang tamu.
Kemudian
dilihatnya Raf bersama Putri kecilnya yang sudah memakai kembali bandonya,
memasuki pintu rumahnya akan segera menujunya. Lalu diingatnya jika kekuatan merah
itu ada pada ubun-ubun Putri kecilnya. Jadi demi untuk menghindari kejadian
yang tadi maka Putri kecilnya diharuskan untuk selalu menutupi ubun-ubunnya
dengan memakai sebuah benda kain atau penutup kepala. Dan karna itu juga
membuat Putri kecilnya telah terbiasa memakai bando tersebut.
Kini Shafaq memerintahkan keduanya untuk berhenti
sejenak dari langkahnya yang sudah mendekatinya berjarak lima langkah
didepannya.
“Raf, Ibu sudah
bilang jaga adikmu? Bukan hanya Ashghari saja, tapi juga Raj!’’. Perintah
bercampur keluhnya ke Raf.
“Maaf Ibu, tapi
aku tidak mengerti mengapa Adik Raj bisa kesakitan seperti itu?’’. Raf meminta
maaf sambil bertanya melihat ke Shafaq lalu melihat ke Raj.
“Kalau Adik Raj
mengalami kesakitan seperti ini lagi! Maka Ayah Arun akan menglami kesakitan
yang sama! Raj, Raf, kalian harus menjaga penutup kepala atau bando dari Adik
Ashghari! Karna kalau itu bisa terlepas dari kepalanya, maka Raj dan Ayah Arun
akan mengalami kesakitan yang sama!’’. Shafaq menjelaskannya dengan melihat-lihat
ketiga anaknya.
“Ibu Shafaq! Apa
yang sedang terjadi padaku tadi?’’. Raj bertanya dengan menatapnya gelisah.
Shafaq pun melihat kepadanya, menggeleng pelan.
“Suatu hari
nanti, kau pasti akan mengerti Pangeranku!’[, kata penghiburannya sambil tersenyum.
Lalu melihat ke Raf dan Ashghari. “Raf, Ashghari, kesini nak kita duduk berkumpul
bersama!’’, ajakkannya penuh kasih sayang, memberi senyuman manja.
Dan kini mereka
berempat duduk dikursi yang sama. Dengan Raj bersama Raf disisi kanan Shafaq,
dan Ashghari duduk dipangkuannya. Kemudian mereka berempat menyanyi bersama
menikmati indahnya kebersamaan.
Beberapa
bulan kemudian. . . .
Setelah sudah
beberapa bulan kemudian, Arun dan Shafaq terpaksa memisahkan kedua Pangerannya
bersama Putri kecilnya. Karna mereka berdua tidak mau kejadian yang
menggetarkan beberapa bulan yang lalu akan kembali terulang. Mereka berdua pun
kini telah berada dibandara untuk mengantarkan kepergian dua Pangerannya.
Beruntung, dua Pangeran mereka telah mengerti mengapa harus bersekolah diluar
kota tanpa harus banyak bertanya.
Karna disana dua
Pangeran mereka akan tinggal bersama orangtua asuh dari Shafaq yang begitu baik
dan juga perhatian. Mereka berdua disana akan tetap bisa mendapat kasih sayang
yang mencukupi lebih dari Shafaq dan Arun. Dan kini dua Pangeran mereka pun
memberi salam perpisahan dan setelahnya akan beranjak pergi menuju kedalam
gedung bandara. Begitu haru yang dirasakan oleh Shafaq dan Arun yang masih
menyaksikan kepergian dua Pangerannya.
“Mereka berdua
telah bernasib sama denganku pada masa itu! Semoga kemudahan akan selalu mereka
dapatkan!’’. Arun berkata menyamakan nasib kedua Pangerannya yang sama dengan
nasibnya dulu pada masa itu, saat ia harus belajar dikota Kamspir untuk
beberapa hari kedepan. Masih melihat kedua Pangerannya.
“Dan Putri kecil
kita, bernasib sama denganku! Semoga penantian dari Putri kecil kita akan cepat
terhenti!’’. Shafaq menyambung dengan juga menyamakan nasib Putri kecilnya
dengan nasibnya dulu pada masa itu, saat harus menunggu kepulangan Pangeran
Bheeshma dari belajarnya dikota Kamspir. Melihat ke Putri kecilnya yang
digendongnya.
Kemudian mereka
berdua saling berpandangan setelah tadinya saling berbicara mengulang kisah kehidupannya
pada masa itu, dimasa mereka berdua masih menjadi Pangeran Bheeshma dan Tuan
Putri Purindah.
BHARATAYUDHAseridua
Sang waktupun
begitu cepat berlalu, kini Putri kecil yang amat disayangi oleh Arun dan Shafaq
telah memasuki masa remajanya. Usianya kini sudah genap berusia enambelas
tahun. Dan Putri kecilnya yang dulu kini sudah menjadi seorang Putri remaja yang
sedang bermain-main dihalaman depan rumahnya. Dirinya sedang asyik merangkai
bunga-bunga dengan tenangnya. Tiba-tiba menjadi terusik saat Arun dan Shafaq
memanggilnya dari arah belakangnya dengan sebutan, ‘’Putri
Ashghaaaaariiii!!!!’’.
Mendengar namanya
telah dipanggil oleh Ayah dan Ibunya, Putri Ashghari pun berdiri masih
membelakangi Ayah Ibunya. Kemudian berbalik dengan anggunnya menghadap ke Ayah
Ibunya. Arun dan Shafaq pun menjadi tersenyum lalu bersama tuk mendekati Putri
tersayang mereka berdua. Parasnya begitu cantik, dan matanya begitu indah penuh
makna tersendiri, dan hampir secara keseluruhan mirip sekali dengan Shafaq
diwaktunya masih menjadi Tuan Putri Purindah.
“Sudah cukup
untuk bermain-mainnya, Putriku! Mari kita melakukan pemujaan didalam!’’. Shafaq
menghentikannya sejenak untuk bermain, lalu mengajaknya untuk melakukan
pemujaan. Melihat ke Putrinya ceria
‘’Ayah melihat
dirimu, Ayah seperti telah melihat diri dari Ibumu lagi! Disaat usia Ibumu
masih remaja!’’. Arun menyanjung Putrinya, melihat sedikit terkesima karna
sangat mirip dengan Tuan Putri Purindah.
‘’Ayah Arun, Ibu
Shafaq! Kalian berdua tidak perlu menatapku, menyanjungku yang seperti ini!
Sungguh kakiku sangat kaku untuk melangkah bersama kalian! Karna, aku terlalu
bahagia mendengarnya!’’. Putrinya membalas perkataan dari mereka berdua dengan
melihat-lihat keduanya kemudian menjadi tertawa malu.
Begitulah kisah
kehidupan Arun, Shafaq, dan juga Putri kecilnya yang sudah berubah menjadi
seorang Putri remaja. Putri Ashghari, fisiknya sangat mirip sekali dengan Tuan
Putri Purindah pada masa itu. Jadi wajar saja jika Arun merasa terkesima saat
melihat Putrinya itu. Fisiknya memang mirip sekali dengan Tuan Putri Purindah
pada masa itu, namun sikapnya mirip dengan Pangeran Bheeshma pada masa itu
juga. Seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
BHARATAYUDHAseridua
Sementara itu,
Poosharm disana baru saja akan menjemput Putranya, Vikram Karn Poo yang sudah
menyelesaikan sekolah asramanya selama enam tahun lamanya. Dan akan melanjuti
sekolahnya lagi hanya satu tahun disebuah home schooling, ini merupakan rencana
darinya yang akan diperbincangkannya bersama Putranya tersayang nanti. Saat
ketika Poosharm melihat Putranya yang sudah berada didepannya, ia langsung
memeluknya sambil mendengarkan alunan detak jantungnya.
Karna yang paling
sangat dirindukan olehnya selain melihat wajah Putranya kembali, adalah kembali
juga bisa mendengarkan alunan detak jantung Putranya. Setelahnya melakukan itu
kepada Putranya, Poosharm pun mengajaknya untuk bertemu dengan Ayahnya dikantor
tempat Ayahnya bekerja.
Beberapa saat kemudian. . . .
Didalam
ruangannya didalam kantornya, Vin sedang duduk santai menyandarkan tubuhnya
dikursi kerjanya sambil mengoreksi data dari clientnya. Vin memang kelihatannya
begitu santai saat masih mengoreksinya, namun tetap ada keseriusan dan juga
konsentrasi didalamnya masih mengoreksi. Setelah beberapa saat berjalan,
tiba-tiba saja terdengar suara yang memanggilnya dengan sebutan, “Ayahanda’’.
Suara itu telah didengarnya dari arah pintu ruangannya, tepatnya disamping
kanannya.
Vin pun mendadak
menjadi terdiam dan melihat kearah samping kanannya. Kemudian menjadi berdiri
seketika karna telah terpaku melihat Putranya yang sudah remaja dan juga
melihat Poosharm yang berdiam dibalik Putranya. Bagaimana tidak dirinya menjadi
terpaku, sebab Putranya begitu mirip sekali dengan Pangeran Bheeshma pada masa
itu. Dan kini dilihatnya Putranya sedang berusaha melangkah mendekati dirinya
yang masih terpaku, sementara Poosharm masih berdiam hanya melihat.
‘’Putraku, Vikram
Karn Poo?’’, Vin berkata menyebut namanya dengan wajah bertanya-tanya setelah
Putranya telah berhenti dihadapannya. Putranya memberinya senyuman, menatap
sedikit haru. ‘’Kau sekarang sudah besar, nak! Wajahmu sangat familiar, kau
tampak begitu menghidupkan memori tentang kehidupanku pada masa itu!’’. Vin
berkata kembali mengatakan ketakjubbannya lalu memeluknya penuh kasih sayang.
‘’Ayahanda, aku
telah kembali! Aku ingin bermain bersama Ayahanda, dan juga bersama Ibunda! Aku
ingin, menghabiskan liburanku dirumah saja bersama Ayahanda dan Ibunda!’’.
Putranya mengungkap rasa rindunya untuk bermain bersamanya juga bersama Ibunya
setelah beberapa tahun lamanya mereka bertiga sangat jarang sekali bersama
dalam keluarga. Masih dalam pelukan ayahnya.
Begitulah kisah
dari Vin, Poosharm, dan juga Putranya Vikram. Dimana mereka kini telah
disatukan kembali dalam kebersamaan keluarga. Dan mereka akan melakukan kebersamaan
itu dari hari ini juga seterusnya. Sungguh kerinduan yang menyiksa karna harus
menunggu, menanti sebuah kebersamaan dalam keluarga. Dan tepatnya dimulai dari hari
ini, semua itu akan dibayar dengan kebersamaan dalam keluarga yang sebenarnya.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar