Esok harinya,
Poosharm memanjakan bunga mawar yang telah didapatkannya dari Vin. Dirinya memanjakan
bunga mawar tersebut sambil mencium kelopaknya yang masih berwarnakan segar. “Terimakasih
kau sudah kembali menghiburku! Aku janji, aku akan mengambil kembali orang yang
sudah memberikanmu padaku!”, katanya dengan senyuman lalu meihat keatas
membayangkan wajah Vin saat berkata berpuitis untuknya pada beberapa waktu yang
lalu.
Sementara disana,
Vin sedang berayun-rayun ditempat ayunannya dirumahnya dengan berbaring.
Dirinya sedang mengamati hembusan angin yang begitu membuatnya merasa begitu
damai. “Sudah empat tahun lamanya aku mengenal dia! Dan aku belum tau apakah
aku akan memutari api suci pernikahan benar bersamanya, atau bersama yang
lain!”, katanya berbisik kecil masih menikmati hembusan angin dengan menutup
kedua matanya.
Kemudian mereka berdua saling bertukar kata dari kejauhan,
tanpa mereka berdua ketahui dan juga tanpa mereka berdua menyadarinya.
“Aku, sulit sekali untuk katakan rindu!”. Poosharm
berkata melihat kebunga mawar yang masih dipegangnya, didepan wajahnya.
“Aku, mudah sekali untuk katakan rindu!”. Vin berkata
masih menutup kedua matanya.
“Bibirku seperti terkunci, dan pikiranku juga seperti begitu segan!”. Poosharm berkata
kembali mencurahkannya masih melihat bunga mawar tersebut.
“Bibirku memang berhenti tuk katakan rindu itu,
tetapi tidak dengan didalam hatiku!”. Vin berkata kembali mencurahkan masih
menutup kedua matanya.
Kemudian disaat yang bersamaan, Vin terbangun dari
baringnya diayunannya dengan membuka kedua matanya kembali melihat lurus
kedepan, dan Poosharm menjadi berdiri dengan melihat lurus kedepan masih
memegang bunga mawarnya. Lalu mereka berdua sama-sama tersenyum malu dengan
menundukkan kepala mereka setengah kebawah, ketika baru menyadari apa yang baru
saja mereka katakan tadi.
Karna apa yang mereka berdua katakan tadi adalah
merupakan sebuah dorongan dari perasaan mereka berdua yang telah lama
disembunyikan, tersembunyikan.
BHARATAYUDHAseridua
Esoknya, ditengah
gerimisnya hujan, Arun berjalan seorang diri ditaman biasa. Ia sedang
menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan sebentar sebelum menjemput kedua
Pangeran kecilnya yang masih belajar disekolahnya. Tanpa terduga olehnya, rinai
hujan yang tadinya gerimis pun kini tiba-tiba menjadi sedikit deras. Sementara
dibelakang dirinya, baru saja terlihat sosok Shafaq yang melewati sebuah
tikungan lalu melihat kepada dirinya dari kejauhan.
Shafaq pun akan
mengejarnya dengan menggunakan kekuatan istimewanya. Sedangkan Arun disana
masih berjalan menikmati hujan yang sudah membasahi seluruh tubuhnya. Dan dengan
tiba-tiba pula ada yang memeluk tubuhnya keras dari arah belakangnya. Sontak,
Arun merasa terkejut lalu teringat saat Tuan Putri Purindah memeluk tubuhnya
keras dari arah belakang dirinya pada masa kehidupannya dulu.
Dan kini Arun telah berbalik menghadap keseseorang
yang telah memeluk tubuhnya tadi. Ternyata seseorang itu adalah Shafaq yang
kini menarik kedua telinganya sendiri dengan kedua tangannya menatap Arun
berwajahkan sedikit kaku. Arun pun merasa sedikit heran dan akan bertanya.
“Apa yang sedang
kau lakukan?”. Arun bertanya menatapnya dengan wajah sedikit heran.
“Aku sedang
menarik kedua telingaku sendiri! Karna aku sudah memakai kekuatan istimewa
untuk mengejarmu! Aku sudah menghukum dirimu jika kau memakainya bukan!? Masa’
aku tidak!”. Shafaq mencurahkan curahannya tentang keadilan.
“Kau tidak hanya mengejarku, tapi kau juga
memeluk tubuhku keras!”. Arun mengatakannya dengan menjatuhkan kedua tangan
Shafaq dari menarik kedua telinganya kebawah, lalu menggenggam kedua tangannya.
“Putri, kita berdua sudah lama tidak menari bersama!”, Arun mengingatkannya tentang
yang dulu kembali.
“Pangeran, apakah
kau bisa berdansa? Jika kau benar bisa, mari berdansa denganku saat ini!
Biarlah rinai hujan ini membuat dansa kita berdua menjadi lebih romantis!”.
Shafaq bertanya sambil mengajaknya untuk berdansa bersama.
Arun pun kini memundurkan
dirinya tiga langkah lalu menarik tangannya mengajaknya untuk berputar-putar
bersama. Kemudian Shafaq melepaskan dirinya dari Arun dengan memundurkan
dirinya tiga langkah melakukan sebuah tarian balet solo memakai senyuman ceria.
Sedangkan Arun memutarkan dirinya sendiri dengan mengelilinginya yang masih
menari balet solo. Setelah dua menit mereka melakukan itu, Arun berhenti
dihadapannya dan Shafaq langsung memeluknya.
Kemudian mereka
saling melepaskan pelukannnya menjadi saling bertatapan. “Putri, menikahlah
denganku lagi pada masa sekarang!”, Arun mengungkapnya dengan berlutut ala
Pangeran diKerajaan memakai tatapan serius. Shafaq yang melihatnya pun menjadi
tersenyum malu, mengangguk lalu mencium keningnya dengan sedikit membungkuk
memegang lembut wajahnya. Arun yang sudah mengetahuinya begitu merasa bahagia
lalu memejamkan kedua matanya merasakan ciuman darinya.
Dan lagi, mereka
menari-nari kembali dengan berdansa romantis bak Raja dan Ratu yang sedang
memamerkan kemesraan disebuah ballroom.
BHARATAYUDHAseridua
Sementara itu,
ditempat lain Vin sedang termenung sambil berdiri dipinggir sebuah danau. Ia
sedang mencerminkan, melihat wajahnya sendiri diair danau tersebut yang masih
terlihat tenang. Tiba-tiba saja ada yang mengusiknya dari arah belakang dengan
memanggil namanya. Vin pun menyahutnya dengan berkata “Iya”, masih melihat
wajahnya sendiri diair. Seseorang yang telah memanggilnya tadi adalah seorang
wanita yang sangat tidak asing baginya.
“Berapa usiamu?”.
Seorang wanita itu bertanya dingin.
“Duapuluh tiga
tahun!”. Jawab Vin singkat.
“Dua puluh tiga
tahun? Dan usia panjangmu adalah duaratus duapuluh tiga tahun! Maharaj Karanu
Kharisma, adalah sebuah nama campuran dari masa kehidupanmu yang dulu!”.
Seorang wanita itu berkata membongkar rahasianya dengan berjalan mendekatinya,
dan kini wanita itu sudah ada dihadapannya. Vin yang tadinya sudah mengetahui
siapa identitas seorang wanita tersebut, kini mulai merasa lega dan santai
karna apa yang sempat diketahuinya tadi memanglah benar.
“Ternyata benar
kau! Terimakasih, kau telah berhasil mengetahui, dan membongkar rahasiaku
kepadaku secara langsung!”. Vin berkata berterimakasih menatapnya menyerah.
“Aku tidak bisa
bertahan dengan keadaan ini lagi! Karna aku baru saja menemukan dua tujuan
dalam hidupku!”. Poosharm mengungkap memakai tatapan meyakinkannya.
“Katakan padaku
sekarang! Aku sudah bertahan untuk tidak melihatmu dengan berada didepanmu
selama bertahun-tahun! Tapi kau selalu mengantarkan dirimu sendiri didepanku,
sehingga aku melihat dirimu lagi didepanku sekarang ini!”. Vin masih berkata
menyerah, lalu menghadapkan dirinya kekiri begitupun pandangannya.
‘’Aku merindumu!”.
Poosharm mengungkapnya sedikit sedih melihat kepadanya.
“Tak usah kau
pancing lagi rinduku! Aku sudah lelah bertahan karnanya!”. Vin berkata
menolaknya, semakin menyerah.
“Aku ingin
mendukungmu untuk mendapatkan kebebasanmu! Arun saja bisa, maka kau harus bisa
juga! Daaan, aku ingin kau yang memakaikan sindu dikepalaku!”. Poosharm
mengatakan dua tujuannya, namun belum dimengerti oleh Vin.
“Katakan dua
tujuanmu itu, itu yang mau aku dengar! Sebelum aku benar-benar jauh
tinggalkanmu!”. Vin berkata sambil mengancam namun pasti akan dilakukannya.
“Kalau begitu,
biarkan aku mengulangnya lagi! Aku ingin mendukungmu untuk mendapatkan
kebebasanmu! Arun saja bisa, maka kau harus bisa juga! Daaan, aku ingin kau
yang memakaikan sindu dikepalaku!”. Poosharm mengulangnya masih melihatnya
sedikit sedih, Vin yang sudah mengerti langsung berbalik menghadapnya kembali,
menatapnya. “Maaf, aku telah berani menyembunyikan perasaanku padamu selama
bertahun-tahun! And now, give me one hug!”.
Vin pun langsung
memeluknya penuh dengan perasaan juga rindu yang telah lama dipendamnya. “Don’t
let me go, Vin! I love you so much!”, Poosharm mengungkap apa yang
diinginkannya. Sedangkan Vin semakin mengeratkan pelukannya.
“You’re the only one for me! You’re my destiny! My life,
and everything for me!”, sambung Vin mengungkap perasaannya yang sudah terlalu
dalam. Kemudian mereka berdua saling melepaskan pelukannya dan kini saling
bertatapan mesra.
Kemudian Poosharm kembali menunjukkan bunga mawar
yang sempat dipatahkannya menjadi dua bagian dan kini sudah terlihat bunga
mawar tersebut kembali utuh. Vin pun mengaku sedikit kaget karnanya, karna
dilihatnya bunga mawar yang telah dipatahkannya tersebut sudah kembali utuh.
Dan Vin melihat ke Poosharm dengan wajah yang begitu terpaku haru. Begitupula
dengan Poosharm yang juga melihat kepadanya sambil berkata sesuatu.
‘’Disaat hatimu sedang patah, maka bunga mawar ini
akan patah juga seperti pada waktu itu!’’, Poosharm akan berkata berpuitis,
namun Vin langsung memotongnya dengan menyambung berkata berpuitis juga. ‘’Kini
hatiku dan hatimu sudah tidak patah lagi! Bunga mawar ini, telah mengilhaminya
dengan keadaannya yang sudah kembali utuh! Dan itu karna bunga jiwaku, yang
kini sudah resmi menjadi milikku!’’, Vin berkata berpuitis begitu mesranya
sehingga membuat Poosharm tersanjung.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar