Kamis, 19 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-16



Dua tahun kemudian. . . .

                Sudah waktunya bagi Arun untuk mengambil kembali kedua anaknya yang telah dibesarkan disebuah panti asuhan. Berhubungan dengan rumahnya yang dulu baru dalam tahap pembangunan dan kini sudah selesai menjadi rumah yang begitu megah memakai konsep dari bangunan Istananya dulu. Dengan bangga ia pun memamerkan kamar untuk kedua anaknya yang begitu besar seperti kamar seorang Pangeran. Begitupun dengan tempat tidurnya.
                Arun sengaja membuat kamar yang besar untuk mereka berdua dalam satu ruangan agar kebersamaan dari mereka berdua tetap dan terus berjalan. Dan kini telah didengarnya tawa begitu bahagia dari kedua anaknya dengan duduk bersama ditaman depan rumahnya.
                “Sealmat datang dua Pangeran Kecilku! Bagaimana kabarnya?”. Arun bertanya mengajarkan cara berkomunikasi dengannya melihat bahagia penuh semangat.
                “Kami baik-baik saja, Ayah Arun!”. Mereka berdua menjawab dengan serentak melihat bahagia.
                “Selamat datang dirumah Ayah, dua Pangeran Kecil Ayah! Daaan…..?”. arun berkata kembali kemudian berhenti sejenak.
                “Bunda Shafaq!”. Mereka berdua menyambungnya kembali serentak.
                “Besok kita semua akan ke….?”. arun kembali bertanya memancing tanggapan dari mereka berdua kembali.
                “Pergi bersekolah!”. Mereka menjawabnya dengan serentak kembali. “Saya Assyraf Pu Ma!”, Anak pertamanya belajar mengenalkan dirinya. Lalu disambung anak keduanya, “Saya Assyraj Pu Ma!”.
                “Kalau begitu, Ayah ingin mengetahui berapa usia kalian berdua!”. Arun kembali bertanya memancing tanggapan dari kedua anaknya, sedikit menggoda keduanya.
                “Assyraf, enam tahun!”. Anak pertamanya menjawabnya lebih dulu dengan melihat ke Assyraf disampingnya. Lalu Assyraj menyambungnya dengan melihat ke Assyraf juga, “Assyraj, lima tahun!”. Kemudian mereka berdua kembali melihat Arun, dan Arun mencium kening keduanya. Bersamaan dengan itu, disana Shafaq merasa seperti ada yang mencium keningnya lalu membuatnya teringat dengan wajah dari keduah anaknya, “Anakku!”, katanya berbisik setelah mengingatnya.
                Arun kini sedang bercanda sambil menari-nari dengan kedua anaknya begitu bahagia. Kemudian mereka bernyanyi bersama, “I love you! You love me! We are happy family!”. Mereka menyanyikannya masih dengan menari-nari saling melihat satu dengan yang lainnya.

BHARATAYUDHAseridua


                Vin yang sudah tak mampu lagi menahan perasaannya, kini berlari ditaman biasa mencari Poosharm. Sebab tadi telah dilihatnya jika Poosharm memasuki taman biasa yang kini juga telah dipijakinya. Sementara disana disekitar taman biasa tersebut, Poosharm sedang berjalan seorang diri menikmati pemandangan yang ada didepannya. Dan iba-tiba saja menjadi berhenti saat mengetahui ada seseorang yang menunjukkan sebuah bunga mawar tepat didepan matanya dari arah belakang.
Dan seseorang itupun kini berjalan kedepan lalu meghadap kepadanya. Kemudian dilihatnya kalau Vin yang telah menunjukkannya bunga mawar tersebut. Poosharm pun hanya berdiam masih melihatnya, sedangkan Vin menyematkan bunga mawar tersebut ditelinga kiri pada dirinya. Poosharm terlihat sedikit anggun karnanya, dan Vin mulai memberi senyuman sambil berkata berpuitis.
“Simpan mawar yang telah kuberi untukmu! Bawa dia selalu bersamamu! Sebagai pengganti diriku yang malang!”, Vin berkata berpuitis menggambarkan perasaannya. Setelahnya berkata berpuitis, Vin memundurkan dirinya tiga langkah masih menghadap kepada dirinya. Dan mereka berdua akan berbicara mendebatkan perasaannya.
                “Katamu, kau berjanji akan meredamnya!”. Poosharm berkata tegas mengulang.
                “Aku hanya menunjukkan perasaanku saja! Tapi aku masih meredamnya!”. Vin menyahutnya menjelaskan.
                “Kau berusaha tuk meredamnya, dan aku berusaha menolaknya! Kita sama saja!”. Poosharm semakin memperjelaskannya.
                “Tanpa aku menyampaikan rinduku padamu! Kau pasti sudah mengetahuinya dari tatapan kedua mataku, juga dari sikapku padamu!”. Vin mencurahkan isi pikirannya.
                “Dan kau masih tidak mengerti apa yang sudah terjadi pada diriku kini! Kau hanya sibuk merasakan rasa-rasamu padaku saja!”. Poosharm mengungkap kekesalannya sehingga membuat Vin menjadi bingung.
                “Terserah! Kau buang saja bunga mawar itu! Bunga mawar itu sangat tidak ada harganya, selain perasaanmu kepada Arun!”. Vin berkata marah mengakhiri  tanpa bertanya. Kemudian Vin mengambil bunga mawar itu kembali dari telinga kiri darinya lalu mematahkannya menjadi dua. Sontak Poosharm menjadi terkejut melihat bunga mawar itu.
“What are you doing! This is a beautiful flower!”. Poosharm membentaknya kecil menatapnya sedikit marah.
“Hatiku sudah patah! My heart is broken! Sama dengan yang terjadi pada bunga mawar ini! Besok, kau jangan hiraukan aku lagi! I love you more, Babe!”. Vin berkata mengalah masih melihat kepadanya lalu berbalik beranjak pergi seetelah menjatuhkan bunga mawar yang sudah patah menjadi dua bagian itu. Poosharm pun menjadi terduduk sambil mengambil bunga mawar itu, lalu melihat Vin yang langkahnya semakin jauh meninggalkannya.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar