Dua tahun
kemudian. . . .
Sudah waktunya
bagi Arun untuk mengambil kembali kedua anaknya yang telah dibesarkan disebuah
panti asuhan. Berhubungan dengan rumahnya yang dulu baru dalam tahap
pembangunan dan kini sudah selesai menjadi rumah yang begitu megah memakai
konsep dari bangunan Istananya dulu. Dengan bangga ia pun memamerkan kamar
untuk kedua anaknya yang begitu besar seperti kamar seorang Pangeran. Begitupun
dengan tempat tidurnya.
Arun sengaja
membuat kamar yang besar untuk mereka berdua dalam satu ruangan agar
kebersamaan dari mereka berdua tetap dan terus berjalan. Dan kini telah
didengarnya tawa begitu bahagia dari kedua anaknya dengan duduk bersama ditaman
depan rumahnya.
“Sealmat datang
dua Pangeran Kecilku! Bagaimana kabarnya?”. Arun bertanya mengajarkan cara
berkomunikasi dengannya melihat bahagia penuh semangat.
“Kami baik-baik
saja, Ayah Arun!”. Mereka berdua menjawab dengan serentak melihat bahagia.
“Selamat datang
dirumah Ayah, dua Pangeran Kecil Ayah! Daaan…..?”. arun berkata kembali
kemudian berhenti sejenak.
“Bunda Shafaq!”.
Mereka berdua menyambungnya kembali serentak.
“Besok kita semua
akan ke….?”. arun kembali bertanya memancing tanggapan dari mereka berdua
kembali.
“Pergi bersekolah!”.
Mereka menjawabnya dengan serentak kembali. “Saya Assyraf Pu Ma!”, Anak
pertamanya belajar mengenalkan dirinya. Lalu disambung anak keduanya, “Saya
Assyraj Pu Ma!”.
“Kalau begitu,
Ayah ingin mengetahui berapa usia kalian berdua!”. Arun kembali bertanya
memancing tanggapan dari kedua anaknya, sedikit menggoda keduanya.
“Assyraf, enam
tahun!”. Anak pertamanya menjawabnya lebih dulu dengan melihat ke Assyraf
disampingnya. Lalu Assyraj menyambungnya dengan melihat ke Assyraf juga,
“Assyraj, lima tahun!”. Kemudian mereka berdua kembali melihat Arun, dan Arun
mencium kening keduanya. Bersamaan dengan itu, disana Shafaq merasa seperti ada
yang mencium keningnya lalu membuatnya teringat dengan wajah dari keduah
anaknya, “Anakku!”, katanya berbisik setelah mengingatnya.
Arun kini sedang
bercanda sambil menari-nari dengan kedua anaknya begitu bahagia. Kemudian
mereka bernyanyi bersama, “I love you! You love me! We are happy family!”.
Mereka menyanyikannya masih dengan menari-nari saling melihat satu dengan yang
lainnya.
BHARATAYUDHAseridua
Vin yang sudah
tak mampu lagi menahan perasaannya, kini berlari ditaman biasa mencari Poosharm.
Sebab tadi telah dilihatnya jika Poosharm memasuki taman biasa yang kini juga
telah dipijakinya. Sementara disana disekitar taman biasa tersebut, Poosharm
sedang berjalan seorang diri menikmati pemandangan yang ada didepannya. Dan
iba-tiba saja menjadi berhenti saat mengetahui ada seseorang yang menunjukkan
sebuah bunga mawar tepat didepan matanya dari arah belakang.
Dan seseorang itupun kini berjalan kedepan lalu
meghadap kepadanya. Kemudian dilihatnya kalau Vin yang telah menunjukkannya
bunga mawar tersebut. Poosharm pun hanya berdiam masih melihatnya, sedangkan
Vin menyematkan bunga mawar tersebut ditelinga kiri pada dirinya. Poosharm terlihat
sedikit anggun karnanya, dan Vin mulai memberi senyuman sambil berkata
berpuitis.
“Simpan mawar yang telah kuberi untukmu! Bawa dia
selalu bersamamu! Sebagai pengganti diriku yang malang!”, Vin berkata berpuitis
menggambarkan perasaannya. Setelahnya berkata berpuitis, Vin memundurkan
dirinya tiga langkah masih menghadap kepada dirinya. Dan mereka berdua akan
berbicara mendebatkan perasaannya.
“Katamu, kau berjanji
akan meredamnya!”. Poosharm berkata tegas mengulang.
“Aku hanya
menunjukkan perasaanku saja! Tapi aku masih meredamnya!”. Vin menyahutnya
menjelaskan.
“Kau berusaha tuk
meredamnya, dan aku berusaha menolaknya! Kita sama saja!”. Poosharm semakin
memperjelaskannya.
“Tanpa aku
menyampaikan rinduku padamu! Kau pasti sudah mengetahuinya dari tatapan kedua
mataku, juga dari sikapku padamu!”. Vin mencurahkan isi pikirannya.
“Dan kau masih
tidak mengerti apa yang sudah terjadi pada diriku kini! Kau hanya sibuk
merasakan rasa-rasamu padaku saja!”. Poosharm mengungkap kekesalannya sehingga
membuat Vin menjadi bingung.
“Terserah! Kau
buang saja bunga mawar itu! Bunga mawar itu sangat tidak ada harganya, selain
perasaanmu kepada Arun!”. Vin berkata marah mengakhiri tanpa bertanya. Kemudian Vin mengambil bunga
mawar itu kembali dari telinga kiri darinya lalu mematahkannya menjadi dua.
Sontak Poosharm menjadi terkejut melihat bunga mawar itu.
“What are you doing! This is a beautiful flower!”.
Poosharm membentaknya kecil menatapnya sedikit marah.
“Hatiku sudah patah! My heart is broken! Sama dengan yang
terjadi pada bunga mawar ini! Besok, kau jangan hiraukan aku lagi! I love you
more, Babe!”. Vin berkata mengalah masih melihat kepadanya lalu berbalik
beranjak pergi seetelah menjatuhkan bunga mawar yang sudah patah menjadi dua
bagian itu. Poosharm pun menjadi terduduk sambil mengambil bunga mawar itu,
lalu melihat Vin yang langkahnya semakin jauh meninggalkannya.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar