Selasa, 17 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-3



                Esok harinya, Poosharm sedang duduk dikelasnya menunggu kedatangan Arun, dimana tempat duduk Arun berada tepat disamping tempatnya. Ia pun masih menunggunya dengan membaca sebuah novel tentang cinta favoritnya. Kemudian dirasakannya ada yang baru saja memasuki kelasnya dan kini telah duduk disampingnya. Bibirnya pun mulai tersenyum kecil namun mencoba menyembunyikannya. Sesaat akan menoleh disampingnya, dirinya mendadak merasa terkejut ketika sudah mengetahuinya.
                Ternyata yang kini berada disampingnya bukanlah Arun, tetapi seseorang yang berbeda juga terlihat begitu asing. “Kamu siapa?”, tegur Poosharm sambil bertanya menatap curiga. Sedangkan seseorang tersebut baru saja menolehkan wajahnya melihat kepadanya.
                “Aku, mahasiswa dikelas ini!”. Sahutnya membalas santai melihat cuek ke Poosharm.
                “Jadi, kau orangnya? Maksudku, seorang mahasiswa baru yang masuk dikelas ini?!”. Poosharm bertanya kembali demi kejelasan.
                “Ternyata kau sudah mengetahui identitasku!”. Sahut kembali seseorang itu dengan senyuman mengejek.
                “Tidak, aku belum masih mengetahui namamu?”. Shahpoo menolak menjadi salah tingkah, masih menatapnya curiga.
                “Aku, Maharaj Karanu Kharishma! Panggil saja aku, Vin!”. Seseorang itu langsung mengenalkan namanya secara rinci.
                “Oke, Vin! Aku, Poosharm Pooja! Nice to meet you!”. Poosharm menerimanya dengan senyuman.
                “You’re welcome, Poosharm!”. Sahutnya membalas gembira.
                Kemudian mereka berdua menjadi tertawa bersama. Dan mendadak Poosharm menjadi terdiam seketika karna baru saja didengarnya jika Arun telah absen untuk tidak masuk kuliah pagi ini. Sementara seseorang itu, yang mengenalkan dirinya sebagai Vin membuka tas ranselnya tanpa mengajak bicara Poosharm kembali. Dan yang dirasakan Poosharm kini hanya sepi karna tidak kehadiran Arun, yang gemar sekali mengajaknya bicara banyak selama dosen belum juga datang memasuki kelas mereka.
                Sementara disana, tepatnya disebuah panti asuhan. Terlihat Arun sedang berkunjung dan masuk didalamnya. Dan kini ia sedang bertemu dengan kepala panti asuhan tersebut.
                “Bagaimana perkembangan dengan anak saya! Mungkin sekitar dua tahun lagi mereka akan bisa tinggal bersamaku!”. Arun memulai pembicaraan dengan menanyakan kabar dua orang anak yang dimaksudnya.
                “Perkembangan mereka berdua sungguh bagus! Diusia mereka yang hanya berselisih setahun, mereka berdua seperti sudah mengerti akan sebuah rindu untuk bertemu dengan kedua orangtuanya! Dan mereka berdua sekarang ini hanya mengenal anda lewat foto yang anda kirimkan saja!”. Kepala panti asuhan itu menjelaskan keluhan dari dua orang anak yang dimaksud.
                “Sekarang Assyraf telah berusia empat tahun! Dan Assyraj baru berusia tiga tahun! Saya memohon kepada anda, tolong eratkan rasa persaudaraan dari mereka berdua! Karna jujur saja, bukan hanya mereka yang merindukan, saya juga merindukan lebih dari apapun!”. Arun mengungkap bebannya.
                Kepala panti asuhan itupun menjadi tersenyum haru ketika sudah mendengarnya. Dan Arun mulai merasa sedikit malu kepadanya karna kejujurannya tadi. Kemudian kepala panti asuhan itu bercerita tentang perbedaan dikedua anaknya yang dimaksudnya. Yaitu Assyraf suka sekali dengan bacaan dari Al-Qur’an. Sedangkan Assyraj gemar sekali memainkan patung Dewa Krishna. Arun pun menjadi terkejut hingga menggetarkan jiwanya ketika masih menyimaknya.
                Bahkan Arun lebih menjadi terkejut saat kepala panti asuhan memberi usul kepadanya, “Baiknya mereka berdua dipisahkan dalam keyakinan, yaitu keyakinan pada agama mereka berdua!”, usulnya karna mengetahui keperibadian dari kedua orang anak yang dimaksudnya. Arun pun masih terdiam memikirkan sambil memberi senyuman lemas kepada kepala panti asuhan tersebut. “Islam dan Hindu!?”, pikirnya sambil berkata didalam hatinya.
                Sungguh aneh tapi nyata. Arun, seorang mahasiswa yang baru saja akan melangkah kesmester dua, sudah memiliki dua orang anak yang telah ia titipkan kepanti asuhan demi konsentrasinya untuk menyelesaikan kuliahnya. Anak dari siapakah itu? Dan siapa istri dari dirinya yang sebenarnya? Sementara yang telah diketahui oleh teman-teman kuliahnya kalau dia hanya mempunyai seorang teman dekat saja, yaitu Poosharm. Sungguh diawal cerita hidupnya yang membuat rasa penasaran.

BHARATAYUDHAseridua

                Kembali pada cerita beberapa tahun yang lalu, saat pertama kalinya Arun menemukan dua orang anak yang kini sudah beridentitas sebagai anak kandungnya, pengakuannya dimasa lalu saat akan menitipkannya kepanti asuhan yang telah dikunjunginya tadi. Kejadian itu bermula saat usianya kembali keusia remaja, enambelas tahun. Dan inilah kisahnya.

Sekitar empat tahun yang lalu. . . .

Pada saat itu dia baru saja tertidur menghabiskan sang malam untuk beristirahat sepenuhnya. Tanpa disadarinya, jika malam yang dilewatinya itu adalah malam bulan purnama. Sifat cueknya selalu ada, sehingga membuatnya tidak melihat sesuatu yang akan mengingatkannya pada masa kehidupannya dulu saat masih bersama Tuan Putri Purindah. Karna dimana dimalam bulan purnama itulah, cerita mereka berdua benar baru dimulai sampai akhir.
Beberapa hari kemudian, malam selanjutnya pun datang kembali dikehidupannya. Namun kini malam tersebut berhiaskan bulan sabit yang begitu terang. Seperti biasanya, dia kembali tertidur sebelum jam Sembilan keatas. Karna dia begitu merasa teramat ngantuknya sesaat akan memasuki jam Sembilan. Sama seperti apa yang terjadi pada dirinya dikehidupan masa dulunya, saat masih memiliki kerajaan yang sekarang sudah disulap menjadi sebuah kota.
Disaatnya masih tertidur dimalam berhiaskan bulan sabit yang teramat terang itu, tiba-tiba saja dalam sadar juga ketidaksadaran dirinya, ia telah merasakan getaran hebat namun pelan ditubuhnya. Kemudian seperti didengarnya teriakan seorang gadis seusianya berteriak merintih seperti seorang gadis yang akan segera melahirkan. Tubuhnya yang masih terbaring pun menjadi bergerak kecil gelisah, juga dengan peluh dinginnya yang mulai brcucuran membasahi.
Semakin ia menahan dalam tidurnya, semakin pula suara teriakan seorang gadis itu menggema keras. Beberapa saat kemudian ia pun terbangun, membangunkan dirinya dengan terduduk dikasurnya berpandangan kosong. Kemudian terdengar suara tangisan seorang bayi kecil disekitar rumahnya, tepatnnya ditaman samping rumahnya dibawah jendela kamarnya. Mengetahui yang demikian, ia pun dengan cepat menurunkan dirinya kebawah untuk segera mengambil bayi tersebut.
Dan bayi itupun kini telah berada dikedua tangannya, ia masih menimang bayi tersebut diam sambil menatapi wajah dari bayi yang telah ditimangnya itu dengan kedua tangannya, masih berdiri dalam keheningan. Dilihatnya wajah bayi tersebut yang dimana tatapan dari kedua mata bayi yang ditimangnya melihat diam kepadanya. Kemudian ia menutupkan kedua matanya sejenak berniat untuk mengetahui. Dibalik penglihatannya itu, ia seperti melihat sebuah gambaran pada masa itu.
Yaitu dilihatnya gambaran saat ia sedang bercinta bersama Tuan Putri Purindah dibawah terangnya bulan, juga mendengar kembali saat Tuan Putri Purindah mengatakan jika benih yang mereka tanamkan akan hidup dan berwujud manusia pada lima ratus tahun kemudian. Dan ketika membuka kedua matanya kembali perlahan, tiba-tiba saja ia seperti mendengar bisikkan kembali dari Tuan Putri Purindah.
“Ini anak kita! Benih yang kita tanamkan dulu, kini telah hidup dengan berwujudkan manusia!”. Kata bisikkannya kembali menggetarkan jiwanya kemudian memeluk erat bayi tersebut dengan rasa sayangnya ketika baru saja mengetahui, jika bayi yang kini masih ditimangnya memanglah benar bayi kandungnya. “Pangeran kecilku!”, katanya setelah mengetahui dengan haru sambil menciumi kening bayinya.

Setahun kemudian. . . .

Ia kembali mendapat seorang bayi yang kehadirannya sama seperti pada bayi pertama yang sudah ditemukannya. Mereka terlahir dari datangnya bulan sabit, juga dengan kronologis yang sama. Namun disaat dirinya menemukan bayi keduanya ini ia tidak perlu untuk terkejut lagi. Sebab ia sudah mengetahui jika kedua bayi yang akan hidup bersamanya adalah bayi kandungnya. Dan sekarang hanya tinggal menemukan sahabatnya juga Permaisurinya dimasa kehidupannya dulu, pikirnya.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar