Esok harinya,
Poosharm sedang duduk dikelasnya menunggu kedatangan Arun, dimana tempat duduk
Arun berada tepat disamping tempatnya. Ia pun masih menunggunya dengan membaca
sebuah novel tentang cinta favoritnya. Kemudian dirasakannya ada yang baru saja
memasuki kelasnya dan kini telah duduk disampingnya. Bibirnya pun mulai
tersenyum kecil namun mencoba menyembunyikannya. Sesaat akan menoleh disampingnya,
dirinya mendadak merasa terkejut ketika sudah mengetahuinya.
Ternyata yang
kini berada disampingnya bukanlah Arun, tetapi seseorang yang berbeda juga
terlihat begitu asing. “Kamu siapa?”, tegur Poosharm sambil bertanya menatap
curiga. Sedangkan seseorang tersebut baru saja menolehkan wajahnya melihat kepadanya.
“Aku, mahasiswa
dikelas ini!”. Sahutnya membalas santai melihat cuek ke Poosharm.
“Jadi, kau
orangnya? Maksudku, seorang mahasiswa baru yang masuk dikelas ini?!”. Poosharm
bertanya kembali demi kejelasan.
“Ternyata kau
sudah mengetahui identitasku!”. Sahut kembali seseorang itu dengan senyuman
mengejek.
“Tidak, aku belum
masih mengetahui namamu?”. Shahpoo menolak menjadi salah tingkah, masih
menatapnya curiga.
“Aku, Maharaj Karanu
Kharishma! Panggil saja aku, Vin!”. Seseorang itu langsung mengenalkan namanya
secara rinci.
“Oke, Vin! Aku,
Poosharm Pooja! Nice to meet you!”. Poosharm menerimanya dengan senyuman.
“You’re welcome,
Poosharm!”. Sahutnya membalas gembira.
Kemudian mereka
berdua menjadi tertawa bersama. Dan mendadak Poosharm menjadi terdiam seketika
karna baru saja didengarnya jika Arun telah absen untuk tidak masuk kuliah pagi
ini. Sementara seseorang itu, yang mengenalkan dirinya sebagai Vin membuka tas
ranselnya tanpa mengajak bicara Poosharm kembali. Dan yang dirasakan Poosharm
kini hanya sepi karna tidak kehadiran Arun, yang gemar sekali mengajaknya bicara
banyak selama dosen belum juga datang memasuki kelas mereka.
Sementara disana,
tepatnya disebuah panti asuhan. Terlihat Arun sedang berkunjung dan masuk
didalamnya. Dan kini ia sedang bertemu dengan kepala panti asuhan tersebut.
“Bagaimana
perkembangan dengan anak saya! Mungkin sekitar dua tahun lagi mereka akan bisa
tinggal bersamaku!”. Arun memulai pembicaraan dengan menanyakan kabar dua orang
anak yang dimaksudnya.
“Perkembangan
mereka berdua sungguh bagus! Diusia mereka yang hanya berselisih setahun,
mereka berdua seperti sudah mengerti akan sebuah rindu untuk bertemu dengan
kedua orangtuanya! Dan mereka berdua sekarang ini hanya mengenal anda lewat
foto yang anda kirimkan saja!”. Kepala panti asuhan itu menjelaskan keluhan
dari dua orang anak yang dimaksud.
“Sekarang Assyraf
telah berusia empat tahun! Dan Assyraj baru berusia tiga tahun! Saya memohon
kepada anda, tolong eratkan rasa persaudaraan dari mereka berdua! Karna jujur
saja, bukan hanya mereka yang merindukan, saya juga merindukan lebih dari
apapun!”. Arun mengungkap bebannya.
Kepala panti
asuhan itupun menjadi tersenyum haru ketika sudah mendengarnya. Dan Arun mulai
merasa sedikit malu kepadanya karna kejujurannya tadi. Kemudian kepala panti
asuhan itu bercerita tentang perbedaan dikedua anaknya yang dimaksudnya. Yaitu
Assyraf suka sekali dengan bacaan dari Al-Qur’an. Sedangkan Assyraj gemar
sekali memainkan patung Dewa Krishna. Arun pun menjadi terkejut hingga menggetarkan
jiwanya ketika masih menyimaknya.
Bahkan Arun lebih
menjadi terkejut saat kepala panti asuhan memberi usul kepadanya, “Baiknya
mereka berdua dipisahkan dalam keyakinan, yaitu keyakinan pada agama mereka
berdua!”, usulnya karna mengetahui keperibadian dari kedua orang anak yang
dimaksudnya. Arun pun masih terdiam memikirkan sambil memberi senyuman lemas
kepada kepala panti asuhan tersebut. “Islam dan Hindu!?”, pikirnya sambil
berkata didalam hatinya.
Sungguh aneh tapi
nyata. Arun, seorang mahasiswa yang baru saja akan melangkah kesmester dua,
sudah memiliki dua orang anak yang telah ia titipkan kepanti asuhan demi
konsentrasinya untuk menyelesaikan kuliahnya. Anak dari siapakah itu? Dan siapa
istri dari dirinya yang sebenarnya? Sementara yang telah diketahui oleh
teman-teman kuliahnya kalau dia hanya mempunyai seorang teman dekat saja, yaitu
Poosharm. Sungguh diawal cerita hidupnya yang membuat rasa penasaran.
BHARATAYUDHAseridua
Kembali pada
cerita beberapa tahun yang lalu, saat pertama kalinya Arun menemukan dua orang
anak yang kini sudah beridentitas sebagai anak kandungnya, pengakuannya dimasa
lalu saat akan menitipkannya kepanti asuhan yang telah dikunjunginya tadi.
Kejadian itu bermula saat usianya kembali keusia remaja, enambelas tahun. Dan
inilah kisahnya.
Sekitar empat tahun yang lalu. . . .
Pada saat itu dia baru saja tertidur menghabiskan
sang malam untuk beristirahat sepenuhnya. Tanpa disadarinya, jika malam yang
dilewatinya itu adalah malam bulan purnama. Sifat cueknya selalu ada, sehingga
membuatnya tidak melihat sesuatu yang akan mengingatkannya pada masa
kehidupannya dulu saat masih bersama Tuan Putri Purindah. Karna dimana dimalam
bulan purnama itulah, cerita mereka berdua benar baru dimulai sampai akhir.
Beberapa hari kemudian, malam selanjutnya pun datang
kembali dikehidupannya. Namun kini malam tersebut berhiaskan bulan sabit yang
begitu terang. Seperti biasanya, dia kembali tertidur sebelum jam Sembilan
keatas. Karna dia begitu merasa teramat ngantuknya sesaat akan memasuki jam
Sembilan. Sama seperti apa yang terjadi pada dirinya dikehidupan masa dulunya,
saat masih memiliki kerajaan yang sekarang sudah disulap menjadi sebuah kota.
Disaatnya masih tertidur dimalam berhiaskan bulan
sabit yang teramat terang itu, tiba-tiba saja dalam sadar juga ketidaksadaran
dirinya, ia telah merasakan getaran hebat namun pelan ditubuhnya. Kemudian
seperti didengarnya teriakan seorang gadis seusianya berteriak merintih seperti
seorang gadis yang akan segera melahirkan. Tubuhnya yang masih terbaring pun
menjadi bergerak kecil gelisah, juga dengan peluh dinginnya yang mulai
brcucuran membasahi.
Semakin ia menahan dalam tidurnya, semakin pula suara
teriakan seorang gadis itu menggema keras. Beberapa saat kemudian ia pun terbangun,
membangunkan dirinya dengan terduduk dikasurnya berpandangan kosong. Kemudian
terdengar suara tangisan seorang bayi kecil disekitar rumahnya, tepatnnya
ditaman samping rumahnya dibawah jendela kamarnya. Mengetahui yang demikian, ia
pun dengan cepat menurunkan dirinya kebawah untuk segera mengambil bayi
tersebut.
Dan bayi itupun kini telah berada dikedua tangannya,
ia masih menimang bayi tersebut diam sambil menatapi wajah dari bayi yang telah
ditimangnya itu dengan kedua tangannya, masih berdiri dalam keheningan.
Dilihatnya wajah bayi tersebut yang dimana tatapan dari kedua mata bayi yang
ditimangnya melihat diam kepadanya. Kemudian ia menutupkan kedua matanya
sejenak berniat untuk mengetahui. Dibalik penglihatannya itu, ia seperti melihat
sebuah gambaran pada masa itu.
Yaitu dilihatnya gambaran saat ia sedang bercinta
bersama Tuan Putri Purindah dibawah terangnya bulan, juga mendengar kembali
saat Tuan Putri Purindah mengatakan jika benih yang mereka tanamkan akan hidup
dan berwujud manusia pada lima ratus tahun kemudian. Dan ketika membuka kedua
matanya kembali perlahan, tiba-tiba saja ia seperti mendengar bisikkan kembali
dari Tuan Putri Purindah.
“Ini anak kita! Benih yang kita tanamkan dulu, kini
telah hidup dengan berwujudkan manusia!”. Kata bisikkannya kembali menggetarkan
jiwanya kemudian memeluk erat bayi tersebut dengan rasa sayangnya ketika baru
saja mengetahui, jika bayi yang kini masih ditimangnya memanglah benar bayi
kandungnya. “Pangeran kecilku!”, katanya setelah mengetahui dengan haru sambil menciumi
kening bayinya.
Setahun kemudian. . . .
Ia kembali mendapat seorang bayi yang kehadirannya
sama seperti pada bayi pertama yang sudah ditemukannya. Mereka terlahir dari
datangnya bulan sabit, juga dengan kronologis yang sama. Namun disaat dirinya
menemukan bayi keduanya ini ia tidak perlu untuk terkejut lagi. Sebab ia sudah
mengetahui jika kedua bayi yang akan hidup bersamanya adalah bayi kandungnya.
Dan sekarang hanya tinggal menemukan sahabatnya juga Permaisurinya dimasa
kehidupannya dulu, pikirnya.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar