Kamis, 19 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-18



Tiga hari kemudian. . . .

                Poosharm sedang bersiap-siap untuk menghadiri pernikahan dari kakak kandungnya. Ia pun kini masih memasang perhiasan khas dari Negara asalnya, India. Dirinya tampak begitu cantik saat mengenakan baju khas dari India yang memakai kain sari berwarnakan merah dipadukan dengan warna kuning keemasan. Begitupun dengan perhiasan yang ada pada hidungnya, dikedua telinganya, juga diatas kepalanya hingga dikeninganya.
                “Happy wedding, kak!”, katanya masih didepan cermin sambil memakai kain sari menutupi setengah kepala atasnya disertai senyuman kebahagiaan diwajahnya. Setelahnya bersiap-siap, ia pun bergegas meninggalkan kamarnya dan akan turun menuju ketempat yang akan dilakukannya sebuah ritual pernikahan kakaknya. Dan kini sudah berada didekat ritual pernikahan tersebut dengan melihat-lihat hiasan bunga yang menggantung rapi.
Kemudian dilihatnya diarah kanannya dikejauhan, Arun baru saja datang akan segera mendekatinya bersama Vin. Mereka berdua terlihat begitu tampan mengenakan pakaiaan khas dari India berwarna merah maroon. Poosharm pun menjadi terpaku, dan semakin menjadi terpaku saat Arun memberi senyuman kepadanya. Sedangkan Vin melihat-lihat kearah lain memalingkan wajahnya. Dan kini mereka berdua telah berada didepan samping kanan Poosharm dengan saling berpandangan.
                “Salam, Poosharm!”. Arun memberi salam.
                “Salam, Poosharm!”. Sambung Vin memberi salam juga.
                “Salam, Arun! Salam, Vin!”. Poosharm memberi salam agam juga dengan melihat keduanya secara bergantian.
                “Disini pasti banyak makanan laddo! Bolehkan kami mencobanya sekarang? Karna diIndonesia jarang sekali kami temui makanan laddo tersebut!”. Vin berkata kembali berniat akan menghindari Poosharm dengan menatap pura-pura bahagia kepadanya dan Arun. Sementara Arun tiba-tiba teringat kembali saat dirinya memaksa Tuan Putri Purndah untuk mencicipi makanan laddo yang dipersembahkannya sehingga membuat Tuan Putri Purindah menjadi terbatuk-batuk memuntahkannya.
                Sedangkan Poosharm hanya menganggukkan kepalanya, mempersilahkannya menatap Vin diam. Dan ia masih menatapnya seperti itu hingga vin sudah berjalan dibelakangnya, membelakanginya. Sementara Vin memalingkan pandangannya saat setelah melewati dirinya disampingnya. Dan keadaan Shahpoo kini menjadi terdiam gelisah masih melihat Vin yang masih berjalan jauh, begitu juga Arun yang kini melirikkan kedua matanya kebawah sedkit gelisah.
                Ritual pernikahan dari kakaknya pun dilaksanakan, ritualnya begitu tampak agung penuh kedamaiian. Sang pengantin tampak romantis saat ketika pengantin pria memakaikan sindu dikepala pengantin wanitanya. Arun menjadi tersenyum menyaksikannya, karna teringat saat pertama kalinya dirinya memakaikan sindu dikepada Tuan Putri Purindah dihari pernikahannya dimasa kehidupannya dulu. Sedangkan Vin yang menyaksikannya hanya diam ikut tersenyum namun hanya berpura-pura saja.
                Kemudian saat Vin melihat sang pengantin akan memutari api suci pernikahan, tiba-tiba saja ia melihat sang pengantin tersebut adalah dirinya sendiri bersama Poosharm. “Andai saja pemandangan ini memang nyata! Tentu saja aku akan merasa begitu bahagia! Malam ini, bulan dilangitpun tak dapat menyaingi kecantikan dari dirinya!”, katanya bebisik pelan memakai suara. Lalu beranjak pergi dari tempatnya akan menuju ketempat yang lainnya.
                Masih disekitar tempat itu, Poosharm merasa jika Vin sedang berjalan disamping kirinya dikejauhan yang seolah-olah akan menghampirinya. Secara spontan, Poosharm langsung menghentikan Vin dengan menggapai tangannya lalu memegangnya erat yang saat itu akan melewati dirinya dari arah didepanya.
 Vin kini menjadi terhenti seketika dengan menolehkan pandangannya kepada Poosharm yang sudah melihat dirinya lebih dulu.
                “Apa yang membuatmu menghentikan aku seperti ini!”. Vin bertanya menatap dingin.
                “Kau telah menolak sebuah undangan dariku! Lalu mengapa kau bisa datang kepesta pernikahan ini?”. Poosharm bertanya membalas menatapnya dingin.
                “Arun yang sudah memaksaku! Awalnya aku menolak ajakkannya, tapi apa dayaku karna dia terus memaksaku untuk pergi bersamanya kepesta pernikahan ini!”. Vin menjelaskannya dengan wajah yang teramat serius, masih menatap dingin. Poosharm melepaskan pegangannya dari tangan Vin lalu melihat kearah lain, sedangkan Vin yang sudah melihatnya langsung pergi begitu cueknya. Dan perasaan Shahpoo kini menjadi sedih, sementara Vin masih merasa kesal namun ada rindu kepadanya.

BHARATAYUDHAseridua

Dua tahun kemudian. . . .

                Arun, Poosharm, Vin sedang duduk bersama disebuah kursi berbentuk persegi panjang dilapangan depan Universitas. Dengan Arun duduk disebelah kiri, Poosharm duduk ditengah, dan Vin duduk dsebelah kanan dari kursi persegi panjang tersebut. Dan pandangan mereka bertiga kini sama-sama tertuju pada pintu gerbang Universitas, yang mungkin sebentar lagi akan mereka ucapkan selamat tinggal pada pintu gerbang Universitas tersebut.
                “Sangat tidak terasa, kita bertiga sudah belajar diUniversitas ini selama kurang lebih empat tahun lamanya!”. Arun berkata memulai sedikit haru.
                “Diwaktu masih awal belajar diUniversitas ini, aku merasa ingin sekali cepat pergi dari Universitas ini! Tapi sekarang, rasanya aku berat sekali untuk berkata selamat tinggal pada Universitas ini!”. Sambung Vin berkata sedikit haru juga.
                “Kebersamaan kita yang terjadi didalam Universitas ini, biarlah hanya terkenang disini!”, Poosharm meyambung juga berkata sedih dengan matanya yang berkaca-kaca. Sedangkan Arun dan Vin bersama melihat kepadanya. “Kalian jangan takut, kita akan selalu bersama saat nantinya kita akan berkata selamat tinggal pada Universitas ini dan keluar dari pintu gerbangnya!”, Sambungnya kembali dengan melihat ke Arun dan ke Vin, lalu melihat kembali ke pintu gerbang Universitas tersebut.
                Kemudian Arun dan Vin bersama merebahkan kepalanya dibahu Poosharm juga bersama menggenggam tangan darinya seolah-olah mereka berdua sama-sama tuk saling menguatkan melihat kepintu gerbang Universitas. Poosharm yang merasakan rebahan juga genggaman dari keduanya pun langsung mengenggam tangan mereka berdua untuk lebih menguatkan. Tampak kebersamaan dari mereka bertiga yang begitu meluluhkan siapapun melihatnya.

Dua minggu kemudian. . . .

                Hari ini adalah hari penobatan untuk mereka bertiga sebagai seorang Sarjana. Didalam jurusan yang sama, mereka pun secara bergantian mengambil sebuah toge juga sebuah ijazah dari dosen yang sudah membimbing mereka selama masih mendalami ilmu dari jurusan mereka. Rasa haru pun begitu dirasakan mereka karna kebebasan dari menjadi mahasiswa/mahasswi telah mereka hilangkan pada hari ini. Dan pada selanjutnya mereka baru saja mendapatkan gelar Sarjana tingkat satu.
                Dan mereka bertiga pun mendapatkan sebuah penghargaan dari kategori masing-masing. Arun mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa teladan karna kedisiplinnannya. Poosharm mendapat penghargaan karna hubungan kesosialannya terhadap teman-temannya juga terhadap para dosen yang pernah ikut serta mendidiknya. Sedangkan Vin mendapatkan penghargaan jika dia adalah mahasiswa terbaik yang selalu mendapatkan nilai IP tertinggi dan terbaik selama empat tahun berturut-turut.
                Setelahnya mereka bertiga mendapatkan sesuatu yang demikian, mereka bertiga pun berfoto bersama dengan Poosharm ditengah, Vin disamping kanannya dan Arun disamping kirinya memakai senyuman bahagia. Kemudian mereka bertiga melanjutkannya dengan foto bersama Ibu asuh dari Vin, lalu berfoto bersama kedua orang tua dari Poosharm. Sungguh sebuah kebahagiaan yang begitu lengkap dan juga begitu sempurna yang telah ada pada mereka bertiga karna bisa berkumpul bersama.
                Mereka bertiga kini terlihat seperti keluarga besar, saat mereka bertiga sedang melakukan foto bersama dengan Ibu asuh dari Vin juga dengan kedua orangtua dari Poosharm. Sungguh pemandangan yang sangat bagus sehingga membuat orang-orang yang tak sengaja maupun sengaja melihatnya menjadi begitu terkagum-kagum. Dan dibalik kebahagiaannya itu, Arun menjadi merindukan kembali pada Shafaq juga pada kedua Pangeran Kecilnya.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar