Esoknya tepatnya disiang hari, Poosharm kembali menunggu kedatangan Arun memasuki ruang kelasnya dengan duduk dibanku miliknya. Tak lama kemudian, Arun pun telah datang memasuki ruang kelasnya bersama Vin. Lalu mereka berdua tidak sengaja memilih bangku yang sama, yaitu bangku milik Arun. Mereka berdua hampir saja saling bertabrakan saat akan menduduki bangku tersebut dengan saling berpandangan aneh terheran-heran.
Posisi Vin yang
berada disamping Poosharm pun memalingkan pandangannya kepada Poosharm,
begitupun Arun yang menyusul Vin memalingkan pandangannya kepada Poosharm.
Sementara Poosharm baru saja terpandang ke mereka berdua, juga merasa terkejut
karna Arun dan Vin masih melihat kepadanya seakan-akan penuh tanya dalam kebingungan
diraut wajah keduanya. Tak mau menunggu lama, Vin pun memutuskan untuk segera duduk
dibangku dibelakang Poosharm.
Poosharm pun
langsung melihat Vin sedikit memutarkan lehernya kebelakang yang sekarang sudah
duduk manis dibangku dibelakangnya. Kemudian dialihkannya dengan melihat Arun
yang juga sudah terduduk manis dibangku yang memang miliknya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini mereka
bertiga sedang berjalan bersama disebuah taman, sebagai tempat untuk
menyegarkan pemikiran mereka setelah menyimak pembahasan mata kuliah yang sudah
dilakukannya tadi diwaktu masih jam belajar berlangsung selama dua jam. Namun ketika
saat baru saja mereka berjalan memasuki dipertengahan taman tersebut, tiba-tiba
saja Vin mendapat telpon dari Ibu asuhnya yang telah menyuruhnya untuk segera
pulang.
“Sorry, guys! Aku
harus pulang sekarang!”, kata Vin permisi untuk pamit setelah menutup telpon
dari Ibu asuhnya. Lalu Poosharm menyambungnya, “I’m okay!”, dengan wajah yang
gembira mempersilahkan. Sedangkan Arun hanya tersenyum mengangguk kepadanya
juga mempersilahkan. Dan Vin pun beranjak pergi untuk pulang meninggalkan
mereka berdua. Setelah Vin beranjak pergi meninggalkan, Poosharm menarik tangan
Arun mengajaknya berjalan lagi.
Kemudian mereka
berdua berhenti kembali disuatu tempat masih disekitar taman tersebut. “Arun,
tunggu aku disini! Aku mau beli gulali!”, perintah Poosharm kepadanya dengan
menatapnya lalu pergi meninggalkan. Kini Arun melihatnya yang masih berjalan
menuju kepenjual gulali diarah kirinya. Lalu dengan tiba-tiba ia terpandang
kepada seorang wanita yang menghadapnya dikejauhan, dengan rambutnya yang
terurai menutupi setengah wajahnya dan hanya menampakkan kedua matanya saja.
Kemudian Arun kembali
teringat pada mimpinya diwaktu yang lalu, saat dirinya bermimpi bertemu dengan seorang
wanita yang sedang memakai gaun Cinderella dengan ditutupi cadar hanya
menampakkan matanya saja. Sementara seorang wanita yang masih dilihatnya
dikejauhan itu menjadi terusik karna rambutnya yang terus menutupi setengah
wajahnya akibat angin yang bertiup kencang lalu pergi meninggalkan entah
kemana.
Arun pun menjadi terdiam menjadi terpaku kepada
seorang wanita tersebut. “Apakah aku
sedang bermimpi lagi? Khayalan apakah ini lagi oh Dewa?”, berbisik dihatinya
masih terpaku. Kemudian menjadi terhenti saat melihat Poosharm telah datang
berada disampinganya dengan memberinya gulali disertai seyuman. Arun pun
mengambilnya lemas masih terpaku melihat kebawah sambil memikirkan apa yang
telah dilihatnya tadi.
BHARATAYUDHAseridua
Poosharm tidak
mencurigai akan sikapnya itu, justru malah akan mengajaknya bicara meniadakan
keheningan diantara mereka berdua.
“Arun, don’t
worry be happy!”. Poosharm menenangkan dengan melihat wajahnya dari samping
kirinya. Arun melihat kembali kewajahnya yang masih ceria disertai senyuman.
“Aku lagi gak worry!”. Kata
menolaknya, mengelak.
“Tapi keadaan raut wajahmu
menggambarkan itu!”. Poosharm membongkar.
“(tertawa kecil)
Aku worry memikirkan apa aku bisa mengahabiskan gulali ini, lebih cepat
darimu!”. Kemudian menjadi tertawa lepas menutupi cemasnya.
“Habiskan dulu
gulalinya, Arun! Setelahnya kau boleh menyambung tawamu lagi!”. Perintah
Poosharm mengingatkannya.
Sontak Arun pun menjadi
terdiam seketika mendengarnya masih melihat kepadanya, sebab teringat kembali
pada masa kehidupannya dulu. Saat Ayahnya, Raja Gandaka menghentikan semua
keluarganya yang sedang tertawa bersama dengan memerintahkan untuk menghabiskan
makanan laddonya lebih dulu. Tidak hanya itu, Arun juga teringat saat dirinya
menyuruh Tuan Putri Purindah untuk mencicipi makanan laddo yang
dipersembahkannya dari Ibunya, Ratu Gandiki.
Kedua ingatan itupun masih erat terbayang
dipikirannya. Kemudian tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh Poosharm yang menepuk
dadanya keras. Arun pun menjadi tersadar terbangun dari lamunannya karna
teringat pada dua hal tadi masih menatap Shahpoo. “Are you okay?”, tanya
Poosharm merasa keanehan pada Arun. Karna Arun tadi hanya melhatnya kaku
seperti merasakan ada sesuatu yang telah membuat dirinya menjadi seperti itu.
Mendengar tanyanya kembali, Arun menundukkan
kepalanya setengah kebawah lalu menatap kepadanya lagi. “I’m, okay!”, jawabnya
lemas dengan mengedipkan kedua matanya menggambarkan kecemasannya. Namun
Poosharm hanya tertawa melihat kearah lain tidak mencurigainya. Sedangkan Arun
melihat keatas awan dengan merasakan rindu kepada Tuan Putri Purindah, seorang
wanita yang masih ditunggu kehadirannya dikehidupannya pada masa sekarang.
Kemudian drasakannya Poosharm menyandarkan kepalanya
dibahunya dengan cueknya masih melihat kearah lain memakan gulalinya.
“Apa kau percaya
dengan rindu?”. Arun berbicara kembali masih dalam kelemasannya melihat keatas
awan.
“Aku percaya
rindu, dan sekarang aku sedang menikmatinya!”. Jawab Poosharm masih dalam
keadaannya yang tadi.
Arun hanya
berdiam tanpa menyambung kembali setelah mendengarnya. Lalu dilihatnya gambaran
wajah Tuan Putri Purindah menyapanya gembira diatas awan yang masih dilihatnya
itu. “Temukan aku segera, Permaisuriku!”, bisikkan hatinya mengeluh namun
berharap penuh.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar