Minggu, 29 Mei 2016

Teman Spesial




                Jera, adalah sebuah nama dari seorang siswa yang telah kembali bersekolah menduduki kelas sembilan, disuatu sekolah Madrasah di Kota Pontianak. Sebab pada satu tahun sebelumnya, ia menderita penyakit serius sehingga mengharuskannya untuk mengambil cuti dalam setahun, tidak melakukan aktivitas sekolahnya. Dan kini satu tahun telah berlalu, Jera sudah pulih dari sakitnya bisa melanjuti sekolahnya dengan kembali bersekolah tepat disekolah asalnya dulu.
                Tepatnya pada hari senin, tanggal tujuhbelas januari. Jera telah resmi bersekolah disekolah asalnya dulu, disuatu sekolah Madrasah di Kota Pontianak. Saat ketika sudah memasuki ruang kelasnya, Jera merasa takjub karna ia dipersilahkan untuk duduk bersama seorang siswi perempuan bernama Aiena oleh wali kelasnya. Sebab pada hari menjelang untuk dirinya dapat bersekolah lagi, Jera sempat bermimpi bertemu dengan seorang siswi yang bernama Aiena itu.
                Seorang siswi yang bernama Aiena itu tak lain adalah seorang adik kelasnya disekolah asalnya dulu, dan kini telah menjadi satu tingkat kelas yang sama dengannya. Usainya berkenalan dengan Aiena, juga dengan beberapa siswa-siswi lainnya. Jera pun mencoba beradaptasi dengan pembelajaran sekolah yang baru saja akan dimulai.

Beberapa hari kemudian. . . .

                Hari ini adalah hari rabu, dimana pembelajaran Bahasa Indonesia akan segera diberlangsungkan. Namun sang guru yang mengajar meminta semua murid untuk belajar diperpustakaan, sebab katanya lebih bagus belajar diperpustakaan untuk membaca sembari mencermati beberapa buku yang berhubungan dengan pembahasan pembelajarannya dihari ini. Ternyata sang guru meminta para muridnya dikelas Jera, termasuk Jera untuk membaca sebuah buku cerita.
Dan bukan hanya sekedar membaca, tetapi harus mencari referensi cerita pada buku cerita yang masih dibaca oleh masing-masing dari mereka para muridnya. Jera, disaat dirinya masih asik membaca, menyimak sebuah buku cerita yang telah dipilihnya. Seketika menjadi terhenti sesaat, karna melihat seorang siswa yang tak jauh telah duduk didepannya. Seorang siswa itu terlihat tampak serius dalam membaca cerita yang telah dipilihnya, bahkan tidak menyadari kalau Jera telah diam-diam menatapinya.
Namun ketika sudah beberapa menit lamanya Jera menjadi sedikit asik menatapi seorang siswa itu. Tiba-tiba saja seorang teman yang duduk bersama seorang siswa itu memberitahukan kalau Jera sedang menatapinya, kepadanya. Secara spontan, seorang siswa itupun mulai tersadar akan tatapan darinya lalu melihat ke Jera berdiam. Dan Jera yang sudah mengetahuinya langsung memalingkan tatapannya kembali menatap buku yang masih dipegangnya, setengah menjadi salah tingkah.
Seorang siswa yang sedang ditatapinya tadi adalah, Dicky. Dia merupakan seorang siswa tertampan namun hanya didalam ruang kelas Jera saja. Dan seorang teman yang telah memberitahukan tentang Jera sedang menatapi dirinya itu adalah, Madhav. Dan karna pada peristiwa diperpustakaan yang telah didapati Jera inilah, akan membuat Jera bisa berteman dengan Dicky bahkan bisa menjadi lebih dekat.

Teman Spesial

Esoknya saat hari akan memasuki siang, Jera diruang kelasnya sendiri sedang melakukan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Baru saja akan memulai pembelajaran, sang guru pembimbing meminta beberapa murid untuk bertukar tempat duduk, dengan cara mematuhi perintahnya. Secara mahu tidak mahu beberapa murid lainnya, termasuk Jera mematuhi perintah dari sang guru pembimbing tersebut dengan beralih tempat duduk.
Akan tetapi itu berlaku hanya untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam saja. Dan setelah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam telah berakhir, maka beberapa murid termasuk Jera bisa kembali ketempat duduk asalnya. Sang guru pembimbing tersebut bisa dibilang unik, sehingga dapat mengantarkan Jera bisa lebih dekat dengan Dicky. Sebab Jera telah diperintahkan untuk duduk tepat dibelakang bangku dimana Dicky sudah duduk bersama seorang teman lelakinya.
Karna dari perpindahan tempat duduk sementara itulah Jera memakluminya sebagai anugerah terindah untuk kesenangannya sendiri. Dan lagi dari situ pula Jera menjadi suka ketika pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ada dijadwal pembelajaran diruang kelasnya pada hari-hari tertentu. Sebab dipikirnya dengan adanya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, maka ia akan bisa duduk sangat dekat dengan Dicky. Dan untuk pemikirannya itu cukup dirahasiakan oleh dirinya sendiri saja.
Dari sikapnya juga dari pemikirannya itu, sangat benar jika Jera sudah diam-diam mengagumi Dicky yang masih minim dikenalnya. Saat ketika waktu jam istirahat pertama tiba, Jera memilih untuk berdiam dikelasnya saja dengan sudah membeli makanan kecil, sudah duduk bersama beberapa orang teman perempuannya. Jera dan beberapa orang temannya akan saling berbicara, bercurhat antar sesama perempuan.
Dan kini seorang temannya yang bernama Aulia, akan memulai untuk bercurhat sesuatu. Aulia bercerita tentang kekagumannya dengan seorang siswa, yang kebetulan merupakan teman satu kelasnya bernama Midji. Aulia bercerita bahwa pada setahun sebelumnya, sewaktu dirinya masih duduk dikelas delapan. Entah kenapa ia memimpikian Midji selama tujuh haru berturut-turut. Aulia juga bercerita, kalau ia juga diam-diam menyukai Midji.
Sementara Midji tidak mau mempedulikan dirinya, walaupun Midji sudah mengetahui kalau Aulia sedang menyukainya. Jera dan beberapa temannya yang menyimak ceritanya itu, hanya berdiam tidak mengomentari namun saling memberi senyuman menghibur. Kemudian dengan tiba-tiba ada yang mengusik kebersamaan Jera dan beberapa orang temannya. Dan itu didasari dengan Jera yang baru saja memakan makanan kecilnya, oleh seorang siswa yang bernama Feri.
Feri yang sedang berdiri dipintu ruang kelasnya bersama seorang siswa, temannya. Jera pun berhenti dari mengunyahnya menatapi Feri yang memberi ejekkan, “Tuh nenek lagi makan”, Feri mengejeknya dengan menatap mengejek ke Jera sambil tertawa kecil. Namun Jera tidak mempedulikannya, dan beberapa temannya yang masih bersamanya menjadi hening menatapi Feri yang masih berdiri dipintu ruang kelas mngejek Jera.
Karna bagi Jera itu hanyalah sebuah ejekkan kecil, tidak perlu untuk dipermasalahkan apalagi sampai diperpanjangkan.

Teman Spesial

Masih dihari yang sama, saat sedang menunggu waktu untuk melakukan les bimbel. Jera baru saja keluar dari ruang kelasnya lalu melihat seorang temannya, Aiena yang sedang bersantai seorang diri dengan sudah duduk didepan ruang kelasnya. Jera yang merasa kalau Aiena sedang membutuhkan seorang teman tuk menemaninya, langsung beranjak mendatangi Aiena dengan langsung duduk disampingnya. Aiena pun menjadi terusik kecil langsung melihat ke Jera.
“Aiena kenapa? Jangan bermuram durja nanti bisa mengalami penuaan dini loh!”, Jera menyapa menanyakan disambung mengejek kecil. Melihat sok serius.
“Aku lagi marahan sama Feri! Kayanya Feri suka sama kamu deh! Karna setelah aku perhatiin, Feri akan menjadi teman dekat kamu! Apalagi, kalau mengingat dari hari kelima kamu bersekolah disini lagi, diruang kelas kita! Aku melihat Feri diam-diam ya gituuuu!”, bisik kecil Aiena mencurahkan isi hatinya. Menatap sedikit resah.
“Aiena, coba flashback lagi! Dulu Feri pernah digosipkan dekat sama Naura! Mereka pernah dikabarkan jalan bareng! Tapi sampai sekarang kedekatan mereka gak berbuah apa-apa kan?”, Jera menasehatinya. Menatap bijak.
Setelah mendengar perkataan Jera yang menasehatinya, Aiena menjadi sedikit tenang lalu tersenyum padanya kembali bersahabat. Karna Aiena pada sebelumnya merasa cemburu terhadap Jera, yang hampir saja merusak suasana bersahabat antara keduanya ketika sedang bersama. Kemudian bel tanda masuk les bimbel berbunyi, Jera dan Aiena pun menjadi berdiri bersama lalu bergegas untuk memasuki ruang kelas akan segera melakukan les bimbel.
Dan ketika malam sudah datang menjemput. Jera didalam kamarnya sedang duduk manis dimeja belajarnya. Ia sedang mengambil sebuah buku memo kecil beserta dengan pena bertinta hitam. Kemudian ia menuliskan tanggal ulang tahun dirinya sendiri dengan Dicky. Dimana tanggal ulang tahun keduanya hanya berbeda satu hari pada akhir bulan, dibulan yang sama dan berbeda satu tahun. Usainya menulis Jera menjadi tersenyum sendiri menatapi tanggal ulang tahun yang berbeda sehari.

Esok harinya. . . .

Saat masih menunggu jam istirahat kedua berakhir, Jera dan semua siswa-siswi yang berada didalam kelasnya saling berbaur dalam kebersamaan. Namun disaat Jera masih berbaur bersama beberapa orang temannya, termasuk Aiena. Tiba-tiba saja seorang siswa bernama Midji menuliskan nama Jera dan Dicky dipapan tulis didepannya. Sebab kabar kedekatan antara keduanya sudah diketahui oleh teman-teman dikelasnya.
Dan kini Jera beralih dari berbaur bersama beberapa temannya menghampiri Midji yang masih berdiri didepan papan tulis. Midji menuliskan,”Jera love Dicky”, dengan membuat beberapa buah tulisan dipapan tulis tersebut. Kemudian Jera menghapus namanya sendiri dipapan tulis tersebut. Namun Midji masih menjahilinya dengan menuliskan tulisan tersebut lagi. Sementara Dicky baru menghampiri mereka berdua dengan menghapus namanya sendiri dipapan tulis.
Tetapi anehnya, setelah Dicky menghapus namanya dipapan tulis. Dicky kembali menulis namanya dipapan tulis tersebut. sehingga tulisan kembali bertulis, “Jera love Dicky”. Jera yang merasa aneh terhadapnya beralih berdiri membelakangi papan tulis tersebut, menatapi teman-temannya. Begitupula Dicky yang berdiri membelakangi papan tulis berdiam disampingnya berjarak lima langkah dari arah sampingnya.
Serentak semua teman-temannya pun bersorak, “Ciyeeeee!”, terhadap keduanya. Spontan Jera merasa bingung lalu mencoba melihat ke arah samping kanannya berusaha mencari tahu. Dan Jera yang baru menyadari kalau posisi berdiri pada Dicky demikian, mulai beranjak meninggalkan dengan langsung menghampiri beberapa temannya tadi yang setia menunggunya untuk duduk kembali. Dan suasana pun berubah menjadi tenang karna sang guru pembimbing telah datang memasuki kelas untuk mengajar.
 Kemudian saat ketika baru saja beberapa menit sang guru pembimbing melakukan pembelajaran, menjadi berhenti sesaat karna melihat Dicky. Sang guru bertanya, “Ada apa kok diwajahmu banyak ditumbuhi jerawat!”, semua pun memusatkan perhatiannya ke Dicky. Sedangkan Dicky tidak bisa menjawab, ia hanya berdiam sembari menunjukkan senyuman kecil. Lalu sang guru menyambung katanya.
“Sepertinya kau harus menjaga kebersihan wajahmu, Dicky! Agar jerawatnya tidak bertambah!”, sang guru memberi saran. Dan Jera yang sudah melihatnya mulai berbisik dihatinya, “Jangan-jangan Dicky sudah memendam perasaannya padaku?! Sebab kata orang, ditumbuhi jerawat maka tengah memendam cinta!”, bisik hatinya disertai pemikirannya. Jera bisa berbisik dihatinya seperti itu, karna Dicky selalu mengusiknya dikala Jera sedang sendiri.
Bahkan pernah juga Dicky mengusiknya ketika Jera sedang bersama seorang temannya saja. Dan bila Jera sedang berada dikeramaian, Dicky selalu bersikap acuh malah terlihat enggan tuk menayapanya, apalagi akan mengusiknya, sepertinya tidak mungkin.

Teman Spesial
.
Setelah beberapa bulan berlalu, kini ujian akhir akan diselenggarakan. Semua siswa-siswi kelas sembilan sudah mendapati ruang ujiannya masing-masing. Dan pengharapan Jera untuk bisa mendapati satu ruang ujian dengan Dicky, pupus sudah karna nomor ujian dari Dicky sudah terdaftar diruangan ujian lainnya. Namun itu tidak menyulutkan rasa semangat Jera untuk tetap menjalani ujian akhir. Karna baginya ada atau tidak adanya Dicky didalam satu ruang ujian dengannya, sama seperti semula kala.
Tidak terasa, hari cepat berganti, dan waktu cepat berlalu begitu saja. Karna hari ini, adalah hari terakhir dalam menjalani ujian akhir. Dan kini semua siswa-siswi kelas Sembilan dibolehkan untuk meninggalkan ruang ujian masing-masing, karna waktu dalam menjalani ujian akhir telah usai. Dan disudut sana, terlihat Dicky sedang bermain-main bersama beberapa orang temannya. Ia sedang memainkan sebuah cermin kecil yang mendapat pantulan cahaya dari matahari.
Dan ia memantulkan cahaya tersebut kemana saja yang disukainya. Sementara didepannya dikejauhan, Jera baru saja melihat kepadanya yang masih asik bermain. jera menatapinya, mengingat gosip yang sudah terlanjur didengarnya. Gosip yang berupa kedekatan Dicky dengan Hedia, kabarnya mereka sudah memakai kata sayang dalam membalas pesan diponsel milik masing-masing. Jera pun semakin menatapinya meski Dicky perhatiannya selalu mengarah kearah lain.
Dan kemudian ketika Jera baru saja akan memalingkan wajahnya kearah lain, tiba-tiba saja ada cahaya dari matahari yang sengaja dipantulkan terhadapnya. Jera pun merasa sedikit terusik lalu melihat kearah siapa yang telah memantulkan cahaya dari matahari terhadapnya. Dan ternyata yang memantulkan cahaya dari matahari itu adalah Dicky, yang kini sedang tersenyum kecil melihatnya dari kejauhan masih saja mengusiknya seperti demikian.
“Dicky, kamu adalah teman spesialku selama aku menjalani pendidikan disekolah ini!”, bisik Jera dihatinya menyempatkan saat masih saling berpandangan dengannya. Kemudian menjadi terhenti karna Dicky didatangi seorang temannya, dan Jera pun sudah dapat memakluminya. Sebab baru saja terbesit dipemikirannya, jika yang menjadi teman dekat dari Dicky bukan hanya dirinya saja. Tanpa lebih disadarinya, kini Jera telah bersikap dewasa untuk dirinya sendiri.

Dan ketika hari kelulusan itu tiba. . . .

Semua siswa-siswi disekolah Jera baru saja menerima kelulusan, ada yang bahagia karna lulus dan ada yang sedih karna telah gagal. Dicky, ia sedang menatapi nama Jera dikertas pengumuman kelulusan pada mading sekolahnya. Ia sedang menatapi nilai yang telah didapati Jera menuliskan bahwa Jera telah gagal, namun juga ia seperti bertanya dimana Jera kini. Karna Jera tidak ikut hadir dihari pengumuman kelulusannya, alias Jera hanya diwakili oleh ibunya seorang.
Dan sampai saat ini, tidak ada yang mengetahui apakah Dicky menyukai Jera atau tidak. Karna Dicky selalu merahasiakannya dan tidak pernah tampak menunjukkan kalau dirinya benar menyukai Jera walaupun hanya sedikit saja. Berbeda dengan Jera yang sudah diketahui sedang mengagumi Dicky, bahkan bisa dibilang sudah lebih menyukainya. Dan momen yang mungkin dapat dikenang oleh Dicky, adalah saat sedang menelepon Jera dimalam hari berbicara tentang jadwal pelajaran untuk hari esok.
Dan sebab dan karnanya Jera telah gagal menjalani ujiannya, itu karna pada ujian diantara keempat mata pembelajaran Jera telah mempermainkan jawaban dari keempat pembelajaran yang tersedia. Sebab Pada suatu hari sebelumnya masih menjalani ujian, Jera mengisi soal menggunakan sebuah pensil namun bukan merupakan sebuah pensil untuk ujian. Bentuk dan warna pada pensil memang sama, namun berbeda dari segi teknologi.
Dan itu dapat disadari betul oleh dirinya kalau ia akan gagal mutlak. Tetapi semua itu secara terpaksa dilakukannya, karna keadaan dirinya yang sedang sakit sedikit keras sehingga membuatnya tak berdaya untuk meraut pensil ujian sebenarnya yang sedang patah. Sebab tangannya sangat keram sulit tuk digerakkan pengaruh dari sakitnya itu, dan yang merasakan sakitnya itu hanya dirinya seorang tidak membaginya kepada yang lain.
Dan itulah cerita dari Jera mengapa ia bisa gagal dalam ujiannya. Dan Jera yang sudah mengetahui kegagalannya dirumahnya, hanya berdiam pasrah memakluminya begitu menerimanya.  Sebab karna dari kerapuhannya akibat dari sakitnya itu, melumpuhkan cita-citanya untuk dapat bersekolah lagi. Dan yang paling dirindukannya hingga kini adalah, bisa merasakan sekolah tingkat atas juga bisa merasakan sibuknya menjadi mahasiswi sisebuah perkuliahan.
Meskipun Jera tidak bisa menikmati apa yang sudah lama dirindukannya itu. Jera membayar kerinduannya dengan terus menulis membuat cerita sepeti cerpen, novel ataupun puisi. Dan sampai kini aktivitas yang bisa membuat Jera bahagia adalah, terus menulis mengeluarkan keimajinatifannya melalui sebuah blog pribadinya.

Teman Spesial
.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar