Jera,
adalah sebuah nama dari seorang siswa yang telah kembali bersekolah menduduki
kelas sembilan, disuatu sekolah Madrasah di Kota Pontianak. Sebab pada satu
tahun sebelumnya, ia menderita penyakit serius sehingga mengharuskannya untuk
mengambil cuti dalam setahun, tidak melakukan aktivitas sekolahnya. Dan kini
satu tahun telah berlalu, Jera sudah pulih dari sakitnya bisa melanjuti
sekolahnya dengan kembali bersekolah tepat disekolah asalnya dulu.
Tepatnya
pada hari senin, tanggal tujuhbelas januari. Jera telah resmi bersekolah
disekolah asalnya dulu, disuatu sekolah Madrasah di Kota Pontianak. Saat ketika
sudah memasuki ruang kelasnya, Jera merasa takjub karna ia dipersilahkan untuk
duduk bersama seorang siswi perempuan bernama Aiena oleh wali kelasnya. Sebab
pada hari menjelang untuk dirinya dapat bersekolah lagi, Jera sempat bermimpi
bertemu dengan seorang siswi yang bernama Aiena itu.
Seorang
siswi yang bernama Aiena itu tak lain adalah seorang adik kelasnya disekolah
asalnya dulu, dan kini telah menjadi satu tingkat kelas yang sama dengannya.
Usainya berkenalan dengan Aiena, juga dengan beberapa siswa-siswi lainnya. Jera
pun mencoba beradaptasi dengan pembelajaran sekolah yang baru saja akan
dimulai.
Beberapa hari kemudian. . . .
Hari
ini adalah hari rabu, dimana pembelajaran Bahasa Indonesia akan segera
diberlangsungkan. Namun sang guru yang mengajar meminta semua murid untuk
belajar diperpustakaan, sebab katanya lebih bagus belajar diperpustakaan untuk
membaca sembari mencermati beberapa buku yang berhubungan dengan pembahasan
pembelajarannya dihari ini. Ternyata sang guru meminta para muridnya dikelas
Jera, termasuk Jera untuk membaca sebuah buku cerita.
Dan bukan hanya sekedar membaca,
tetapi harus mencari referensi cerita pada buku cerita yang masih dibaca oleh
masing-masing dari mereka para muridnya. Jera, disaat dirinya masih asik
membaca, menyimak sebuah buku cerita yang telah dipilihnya. Seketika menjadi
terhenti sesaat, karna melihat seorang siswa yang tak jauh telah duduk
didepannya. Seorang siswa itu terlihat tampak serius dalam membaca cerita yang
telah dipilihnya, bahkan tidak menyadari kalau Jera telah diam-diam
menatapinya.
Namun ketika sudah beberapa menit
lamanya Jera menjadi sedikit asik menatapi seorang siswa itu. Tiba-tiba saja
seorang teman yang duduk bersama seorang siswa itu memberitahukan kalau Jera
sedang menatapinya, kepadanya. Secara spontan, seorang siswa itupun mulai
tersadar akan tatapan darinya lalu melihat ke Jera berdiam. Dan Jera yang sudah
mengetahuinya langsung memalingkan tatapannya kembali menatap buku yang masih
dipegangnya, setengah menjadi salah tingkah.
Seorang siswa yang sedang
ditatapinya tadi adalah, Dicky. Dia merupakan seorang siswa tertampan namun
hanya didalam ruang kelas Jera saja. Dan seorang teman yang telah
memberitahukan tentang Jera sedang menatapi dirinya itu adalah, Madhav. Dan
karna pada peristiwa diperpustakaan yang telah didapati Jera inilah, akan
membuat Jera bisa berteman dengan Dicky bahkan bisa menjadi lebih dekat.
Teman Spesial
Esoknya saat hari akan memasuki
siang, Jera diruang kelasnya sendiri sedang melakukan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Baru saja akan memulai pembelajaran, sang guru pembimbing
meminta beberapa murid untuk bertukar tempat duduk, dengan cara mematuhi
perintahnya. Secara mahu tidak mahu beberapa murid lainnya, termasuk Jera
mematuhi perintah dari sang guru pembimbing tersebut dengan beralih tempat
duduk.
Akan tetapi itu berlaku hanya
untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam saja. Dan setelah pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam telah berakhir, maka beberapa murid termasuk Jera bisa kembali ketempat
duduk asalnya. Sang guru pembimbing tersebut bisa dibilang unik, sehingga dapat
mengantarkan Jera bisa lebih dekat dengan Dicky. Sebab Jera telah diperintahkan
untuk duduk tepat dibelakang bangku dimana Dicky sudah duduk bersama seorang
teman lelakinya.
Karna dari perpindahan tempat
duduk sementara itulah Jera memakluminya sebagai anugerah terindah untuk
kesenangannya sendiri. Dan lagi dari situ pula Jera menjadi suka ketika
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ada dijadwal pembelajaran diruang kelasnya
pada hari-hari tertentu. Sebab dipikirnya dengan adanya pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, maka ia akan bisa duduk sangat dekat dengan Dicky. Dan untuk
pemikirannya itu cukup dirahasiakan oleh dirinya sendiri saja.
Dari sikapnya juga dari
pemikirannya itu, sangat benar jika Jera sudah diam-diam mengagumi Dicky yang
masih minim dikenalnya. Saat ketika waktu jam istirahat pertama tiba, Jera
memilih untuk berdiam dikelasnya saja dengan sudah membeli makanan kecil, sudah
duduk bersama beberapa orang teman perempuannya. Jera dan beberapa orang temannya
akan saling berbicara, bercurhat antar sesama perempuan.
Dan kini seorang temannya yang
bernama Aulia, akan memulai untuk bercurhat sesuatu. Aulia bercerita tentang
kekagumannya dengan seorang siswa, yang kebetulan merupakan teman satu kelasnya
bernama Midji. Aulia bercerita bahwa pada setahun sebelumnya, sewaktu dirinya masih
duduk dikelas delapan. Entah kenapa ia memimpikian Midji selama tujuh haru
berturut-turut. Aulia juga bercerita, kalau ia juga diam-diam menyukai Midji.
Sementara Midji tidak mau
mempedulikan dirinya, walaupun Midji sudah mengetahui kalau Aulia sedang menyukainya.
Jera dan beberapa temannya yang menyimak ceritanya itu, hanya berdiam tidak
mengomentari namun saling memberi senyuman menghibur. Kemudian dengan tiba-tiba
ada yang mengusik kebersamaan Jera dan beberapa orang temannya. Dan itu
didasari dengan Jera yang baru saja memakan makanan kecilnya, oleh seorang
siswa yang bernama Feri.
Feri yang sedang berdiri dipintu
ruang kelasnya bersama seorang siswa, temannya. Jera pun berhenti dari
mengunyahnya menatapi Feri yang memberi ejekkan, “Tuh nenek lagi makan”, Feri
mengejeknya dengan menatap mengejek ke Jera sambil tertawa kecil. Namun Jera
tidak mempedulikannya, dan beberapa temannya yang masih bersamanya menjadi
hening menatapi Feri yang masih berdiri dipintu ruang kelas mngejek Jera.
Karna bagi Jera itu hanyalah
sebuah ejekkan kecil, tidak perlu untuk dipermasalahkan apalagi sampai diperpanjangkan.
Teman Spesial
Masih dihari yang sama, saat
sedang menunggu waktu untuk melakukan les bimbel. Jera baru saja keluar dari
ruang kelasnya lalu melihat seorang temannya, Aiena yang sedang bersantai
seorang diri dengan sudah duduk didepan ruang kelasnya. Jera yang merasa kalau
Aiena sedang membutuhkan seorang teman tuk menemaninya, langsung beranjak
mendatangi Aiena dengan langsung duduk disampingnya. Aiena pun menjadi terusik
kecil langsung melihat ke Jera.
“Aiena kenapa? Jangan bermuram
durja nanti bisa mengalami penuaan dini loh!”, Jera menyapa menanyakan
disambung mengejek kecil. Melihat sok serius.
“Aku lagi marahan sama Feri!
Kayanya Feri suka sama kamu deh! Karna setelah aku perhatiin, Feri akan menjadi
teman dekat kamu! Apalagi, kalau mengingat dari hari kelima kamu bersekolah
disini lagi, diruang kelas kita! Aku melihat Feri diam-diam ya gituuuu!”, bisik
kecil Aiena mencurahkan isi hatinya. Menatap sedikit resah.
“Aiena, coba flashback lagi! Dulu
Feri pernah digosipkan dekat sama Naura! Mereka pernah dikabarkan jalan bareng!
Tapi sampai sekarang kedekatan mereka gak berbuah apa-apa kan?”, Jera
menasehatinya. Menatap bijak.
Setelah mendengar perkataan Jera
yang menasehatinya, Aiena menjadi sedikit tenang lalu tersenyum padanya kembali
bersahabat. Karna Aiena pada sebelumnya merasa cemburu terhadap Jera, yang
hampir saja merusak suasana bersahabat antara keduanya ketika sedang bersama.
Kemudian bel tanda masuk les bimbel berbunyi, Jera dan Aiena pun menjadi
berdiri bersama lalu bergegas untuk memasuki ruang kelas akan segera melakukan
les bimbel.
Dan ketika malam sudah datang
menjemput. Jera didalam kamarnya sedang duduk manis dimeja belajarnya. Ia
sedang mengambil sebuah buku memo kecil beserta dengan pena bertinta hitam.
Kemudian ia menuliskan tanggal ulang tahun dirinya sendiri dengan Dicky. Dimana
tanggal ulang tahun keduanya hanya berbeda satu hari pada akhir bulan, dibulan
yang sama dan berbeda satu tahun. Usainya menulis Jera menjadi tersenyum sendiri
menatapi tanggal ulang tahun yang berbeda sehari.
Esok harinya. . . .
Saat masih menunggu jam istirahat
kedua berakhir, Jera dan semua siswa-siswi yang berada didalam kelasnya saling
berbaur dalam kebersamaan. Namun disaat Jera masih berbaur bersama beberapa orang
temannya, termasuk Aiena. Tiba-tiba saja seorang siswa bernama Midji menuliskan
nama Jera dan Dicky dipapan tulis didepannya. Sebab kabar kedekatan antara
keduanya sudah diketahui oleh teman-teman dikelasnya.
Dan kini Jera beralih dari berbaur
bersama beberapa temannya menghampiri Midji yang masih berdiri didepan papan
tulis. Midji menuliskan,”Jera love Dicky”, dengan membuat beberapa buah tulisan
dipapan tulis tersebut. Kemudian Jera menghapus namanya sendiri dipapan tulis
tersebut. Namun Midji masih menjahilinya dengan menuliskan tulisan tersebut
lagi. Sementara Dicky baru menghampiri mereka berdua dengan menghapus namanya
sendiri dipapan tulis.
Tetapi anehnya, setelah Dicky
menghapus namanya dipapan tulis. Dicky kembali menulis namanya dipapan tulis
tersebut. sehingga tulisan kembali bertulis, “Jera love Dicky”. Jera yang
merasa aneh terhadapnya beralih berdiri membelakangi papan tulis tersebut,
menatapi teman-temannya. Begitupula Dicky yang berdiri membelakangi papan tulis
berdiam disampingnya berjarak lima langkah dari arah sampingnya.
Serentak semua teman-temannya pun
bersorak, “Ciyeeeee!”, terhadap keduanya. Spontan Jera merasa bingung lalu
mencoba melihat ke arah samping kanannya berusaha mencari tahu. Dan Jera yang
baru menyadari kalau posisi berdiri pada Dicky demikian, mulai beranjak
meninggalkan dengan langsung menghampiri beberapa temannya tadi yang setia menunggunya
untuk duduk kembali. Dan suasana pun berubah menjadi tenang karna sang guru
pembimbing telah datang memasuki kelas untuk mengajar.
Kemudian saat ketika baru saja beberapa menit
sang guru pembimbing melakukan pembelajaran, menjadi berhenti sesaat karna
melihat Dicky. Sang guru bertanya, “Ada apa kok diwajahmu banyak ditumbuhi
jerawat!”, semua pun memusatkan perhatiannya ke Dicky. Sedangkan Dicky tidak
bisa menjawab, ia hanya berdiam sembari menunjukkan senyuman kecil. Lalu sang
guru menyambung katanya.
“Sepertinya kau harus menjaga
kebersihan wajahmu, Dicky! Agar jerawatnya tidak bertambah!”, sang guru memberi
saran. Dan Jera yang sudah melihatnya mulai berbisik dihatinya, “Jangan-jangan
Dicky sudah memendam perasaannya padaku?! Sebab kata orang, ditumbuhi jerawat
maka tengah memendam cinta!”, bisik hatinya disertai pemikirannya. Jera bisa
berbisik dihatinya seperti itu, karna Dicky selalu mengusiknya dikala Jera
sedang sendiri.
Bahkan pernah juga Dicky
mengusiknya ketika Jera sedang bersama seorang temannya saja. Dan bila Jera
sedang berada dikeramaian, Dicky selalu bersikap acuh malah terlihat enggan tuk
menayapanya, apalagi akan mengusiknya, sepertinya tidak mungkin.
Teman Spesial
.
Setelah beberapa bulan berlalu,
kini ujian akhir akan diselenggarakan. Semua siswa-siswi kelas sembilan sudah
mendapati ruang ujiannya masing-masing. Dan pengharapan Jera untuk bisa
mendapati satu ruang ujian dengan Dicky, pupus sudah karna nomor ujian dari
Dicky sudah terdaftar diruangan ujian lainnya. Namun itu tidak menyulutkan rasa
semangat Jera untuk tetap menjalani ujian akhir. Karna baginya ada atau tidak
adanya Dicky didalam satu ruang ujian dengannya, sama seperti semula kala.
Tidak terasa, hari cepat berganti,
dan waktu cepat berlalu begitu saja. Karna hari ini, adalah hari terakhir dalam
menjalani ujian akhir. Dan kini semua siswa-siswi kelas Sembilan dibolehkan
untuk meninggalkan ruang ujian masing-masing, karna waktu dalam menjalani ujian
akhir telah usai. Dan disudut sana, terlihat Dicky sedang bermain-main bersama
beberapa orang temannya. Ia sedang memainkan sebuah cermin kecil yang mendapat
pantulan cahaya dari matahari.
Dan ia memantulkan cahaya tersebut
kemana saja yang disukainya. Sementara didepannya dikejauhan, Jera baru saja
melihat kepadanya yang masih asik bermain. jera menatapinya, mengingat gosip
yang sudah terlanjur didengarnya. Gosip yang berupa kedekatan Dicky dengan
Hedia, kabarnya mereka sudah memakai kata sayang dalam membalas pesan diponsel
milik masing-masing. Jera pun semakin menatapinya meski Dicky perhatiannya
selalu mengarah kearah lain.
Dan kemudian ketika Jera baru saja
akan memalingkan wajahnya kearah lain, tiba-tiba saja ada cahaya dari matahari
yang sengaja dipantulkan terhadapnya. Jera pun merasa sedikit terusik lalu
melihat kearah siapa yang telah memantulkan cahaya dari matahari terhadapnya.
Dan ternyata yang memantulkan cahaya dari matahari itu adalah Dicky, yang kini
sedang tersenyum kecil melihatnya dari kejauhan masih saja mengusiknya seperti demikian.
“Dicky, kamu adalah teman
spesialku selama aku menjalani pendidikan disekolah ini!”, bisik Jera dihatinya
menyempatkan saat masih saling berpandangan dengannya. Kemudian menjadi
terhenti karna Dicky didatangi seorang temannya, dan Jera pun sudah dapat
memakluminya. Sebab baru saja terbesit dipemikirannya, jika yang menjadi teman dekat
dari Dicky bukan hanya dirinya saja. Tanpa lebih disadarinya, kini Jera telah
bersikap dewasa untuk dirinya sendiri.
Dan ketika hari kelulusan itu tiba. . . .
Semua siswa-siswi disekolah Jera
baru saja menerima kelulusan, ada yang bahagia karna lulus dan ada yang sedih
karna telah gagal. Dicky, ia sedang menatapi nama Jera dikertas pengumuman
kelulusan pada mading sekolahnya. Ia sedang menatapi nilai yang telah didapati
Jera menuliskan bahwa Jera telah gagal, namun juga ia seperti bertanya dimana
Jera kini. Karna Jera tidak ikut hadir dihari pengumuman kelulusannya, alias Jera
hanya diwakili oleh ibunya seorang.
Dan sampai saat ini, tidak ada
yang mengetahui apakah Dicky menyukai Jera atau tidak. Karna Dicky selalu
merahasiakannya dan tidak pernah tampak menunjukkan kalau dirinya benar menyukai
Jera walaupun hanya sedikit saja. Berbeda dengan Jera yang sudah diketahui
sedang mengagumi Dicky, bahkan bisa dibilang sudah lebih menyukainya. Dan momen
yang mungkin dapat dikenang oleh Dicky, adalah saat sedang menelepon Jera
dimalam hari berbicara tentang jadwal pelajaran untuk hari esok.
Dan sebab dan karnanya Jera telah
gagal menjalani ujiannya, itu karna pada ujian diantara keempat mata
pembelajaran Jera telah mempermainkan jawaban dari keempat pembelajaran yang
tersedia. Sebab Pada suatu hari sebelumnya masih menjalani ujian, Jera mengisi
soal menggunakan sebuah pensil namun bukan merupakan sebuah pensil untuk ujian.
Bentuk dan warna pada pensil memang sama, namun berbeda dari segi teknologi.
Dan itu dapat disadari betul oleh
dirinya kalau ia akan gagal mutlak. Tetapi semua itu secara terpaksa
dilakukannya, karna keadaan dirinya yang sedang sakit sedikit keras sehingga
membuatnya tak berdaya untuk meraut pensil ujian sebenarnya yang sedang patah. Sebab
tangannya sangat keram sulit tuk digerakkan pengaruh dari sakitnya itu, dan
yang merasakan sakitnya itu hanya dirinya seorang tidak membaginya kepada yang
lain.
Dan itulah cerita dari Jera
mengapa ia bisa gagal dalam ujiannya. Dan Jera yang sudah mengetahui
kegagalannya dirumahnya, hanya berdiam pasrah memakluminya begitu menerimanya. Sebab karna dari kerapuhannya akibat dari
sakitnya itu, melumpuhkan cita-citanya untuk dapat bersekolah lagi. Dan yang
paling dirindukannya hingga kini adalah, bisa merasakan sekolah tingkat atas
juga bisa merasakan sibuknya menjadi mahasiswi sisebuah perkuliahan.
Meskipun Jera tidak bisa menikmati
apa yang sudah lama dirindukannya itu. Jera membayar kerinduannya dengan terus
menulis membuat cerita sepeti cerpen, novel ataupun puisi. Dan sampai kini
aktivitas yang bisa membuat Jera bahagia adalah, terus menulis mengeluarkan
keimajinatifannya melalui sebuah blog pribadinya.
Teman Spesial
.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar